Kamis, 23 April 2009

Swara Sang Putri

Entah apa yang membekas di benakmu
Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan
Denting serenade yang terus kau permainkan untukku
Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku
Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga

Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah
Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga
Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang
Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana
Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana

Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?
Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu
Demi sang putri pemilik kalbumu itu
Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera
Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samudera

Senin, 20 April 2009

Surat 'tuk Sahabat

Sahabat...
Ketika kau baca surat ini,
Rasa rindu masih melekat,
Canda tawamu masih terbayang,
Senyummu tetap tak hilang,
Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.

Sahabat...
Kutahu engkau jauh terpencil di sana,
Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,
Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,
Tapi ... kutetap berdoa
Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang

Sahabat....
Jarak bukanlah penghalang diantara kita
Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan
Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan
Marilah kita tetap jalin persahabatan kita
Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti

Sahabat....
Andai kau luangkan baca surat ini,
Ada bahagia yang merayap dalam sukma
Ada kasih yang mengguyur atma dan raga
Ada simpati dan empati diantara kita
Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbu

Rabu, 15 April 2009

Penantian Yang Tak Pasti

Hari lalu berawal dari jabat erat
Bertemu dalam dunia maya
Menyapa sepatah dua patah aksara
Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju

Hari ini berjumpa kembali
Bertutur dalam lintas alam nan nyata
Memandang wajah dalam diam terpana
Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak

Hari esok masih berangan dan berharap
Bolehkan daku menghampiri dan mendekati
Menitip sentuhan dan belaian kasih
Memetik dawai di atas senyum merona

Hari nanti asaku menanti
Beranjak terus menyeruput kisah bahagia
Menapaki jejak dikelembutan mega
Mengusir badai yang merengkuh balada anganku

(Argh..ternyata hanya mimpi semu)

Selasa, 14 April 2009

Lilin Kehidupan

Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Layar indah tentangmu terbentang lepas
Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan
Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana

Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan
Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu
Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu

Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Jagad buana dipenuhi bahagia merona
Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma
Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara

Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak
Sementara bayu dan samudera terpaku menatap
Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani

Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar
Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma
Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah
Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.

Minggu, 12 April 2009

Bila Hatiku Rindu

Saat pertama jalinan sahabat itu kita jalani
Ada rasa bahagia berlumur di benakku
Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu
Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu

Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan
Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku
Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku
Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu

Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan
Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku
Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku
Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu

Dan ketika waktu terus berlalu menjauh
Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh
Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh
Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengering

Aries dan Sahabat (1)

Aries hanyalah insan biasa. Rambutnya lurus. Tidak bergelombang. Walaupun ayahnya berasal dari salah satu etnis yang diketahui memiliki rambut bergelombang atau ikal. Rambut itu hitam pekat namun sedikit tak terurus. Kulitnya yang coklat masih menunjukkan kelenturan yang padu. Kumis tipis pun menghias wajahnya yang dulu lonjong. Benar-benar kontras bila melihatnya ketika masih berusia 11 tahun. Putih, bersih dan mata cerah. Tapi apapun yang sudah berlalu takkan mungkin diulur kembali laksana selongsong waktu yang bisa diatur maju dan mundur.
Saat ini menit dan jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Benar-benar masih pagi. Sinar matahari masih menyapu seantero kota dengan vitamin D-nya. Ditengah kegiatan usaha yang dirintisnya sejak beberapa tahun yang lalu itu, matanya mengawasi sekumpulan artikel yang muncul di depan komputer tuanya. Ada foto seorang pengemis yang menjajakan sandiwara yang menghiba, kemudian bencana di salah satu lokasi dunia yang memporak porandakan kelangsungan hidup salah satu keluarga, kemudian kecelakaan salah satu pesawat di negara maju, dan masih banyak lagi kumpulan foto yang terlihat silih berganti di depan matanya. Alangkah menyedihkan apa yang terjadi disana... Ada sejuta cobaan yang dihadapi oleh saudara-saudariku di sana. Sementara Aries masih bisa menjalani hidup dengan aman dan nyaman. Karena itulah seharusnya ia patut bersyukur dan berterima kasih dengan segala yang diberikan-Nya. Rezeki, kesehatan, udara bersih, air yang mengalir, dan masih banyak lagi yang tak mungkin disebutkan satu demi satu.
Tak ingin larut dalam kesedihan, mata Aries kemudian berputar dan jari-jari tangannya siap melantai di atas keyboard komputer bak seorang pianis unggul. Di tulisnya nama suatu kota di Indonesia. Masih satu pulau dengan tempat tinggalnya sekarang. Di forum itu ia melihat-lihat kondisi kota tersebut. Wow... kota itu sudah mulai bersolek rupanya. Ada suatu jembatan yang warnanya sangat menyala. Kuning. Bentuknya menyerupai salah satu jembatan masyhur di Sydney, Australia. Ya.. Harbour Bridge nama jembatan itu. Tapi karena ada di Indonesia, entah apa nama jembatan yang terdapat di kota tersebut. Dalam keterangan di foto tersebut, tertulis bahwa jembatan itu dibuat untuk menghubungkan salah satu tempat rekreasi pantai dengan "downtown" kota tersebut. Agar masyarakat dapat lebih singkat sampai ke tempat rekreasi itu. Namun, sekali lagi kata info tersebut, lampu jembatan telah banyak diambil orang-orang jahil. Mengapa mereka tega merampas hak-hak yang bukan miliknya? 
Tertarik dengan foto tersebut, Aries kemudian mencoba menyapa salah satu anggota forum tersebut. Sedikit berbasa basi, menanyakan sesuatu mengenai jembatan tersebut. Dan atas saran anggota forum tersebut, ia menyebutkan salah satu situs yang sebaiknya dikunjungi dan alamat tersebut juga dicantumkan dalam forum itu. Jadi ternyata itu bukan hasil karya fotonya. Hmmm...baiklah ... Kemudian ia memberanikan diri mengetik alamat situs tersebut. Triple w dan disambung dengan raja roma gratis. Nama situs yang cukup menggelitik orang. Mungkin ia adalah salah seorang yang senang dengan kondisi kota Roma, atau dia juga suka dengan kata "TERLALU" yang sering diucapkan oleh salah seorang penyanyi terkenal di nusantara ini. Dan orangnya loyal karena sering memberi sesuatu dengan gratis. Betulkah itu? Hanya pemilik situs saja yang dapat menjawab pertanyaan itu. Tiada orang lain yang mungkin bisa menjabarkannya.
Aries mampir ke alamat situs yang dimaksud. Melihat-lihat isi tulisan, artikel dan foto yang terpampang disitu. Wah...fotonya cukup banyak. Dan orangnya kelihatan ramah dan sopan. Apakah mungkin ia berkenalan dengan orang seperti itu? Dengan sangat hati-hati ia melihat ada kotak yang memungkinkan orang lain untuk berbicara langsung dengan sang pemilik situs.
"Selamat pagi."
Satu dua detik tak ada tanggapan. 
Aries mulai melupakan hal itu, dan ia meluncur ke forum lain untuk berbasa-basi dengan anggota forum. Namun sejenak ia kembali lagi ke situs tadi. Hei..rupanya ada kedip oranye di komputernya.
"Selamat pagi juga. Dari siapa ya?"
Wah ada tanggapan dari sang empunya situs.
"Saya Aries. Dari kota di Selatan pulau ini"
"Salam kenal ya."sapa Aries kembali.
"Sama-sama. Maaf dari siapa tadi?", kembali pemilik situs tadi bertanya.
"Aries, mas. Saya hanya ingin tahu apa mas pernah mengirim foto ke salah satu forum."
"Foto yang mana ya?"
"Itu, Mas. Foto jembatan di kota Mas... Yang warna kuning dan mirip salah satu warna parpol tertentu."
"Oooo....itu. Saya tidak pernah mengirim foto tersebut ke forum yang Anda maksud."
Sejenak Aries terdiam. Tapi ia mulai mengetik "Lagi sibuk kelihatannya ya?", tanya Aries.
"Ya...biasa ajalah... BTW, Punya YM (Yahoo Messenger) atau blog juga?", tanya pemilik situs.
"Belum ada Mas. Tolong diajarkan deh bagaimana cara buat blog atau YM..,"pinta Aries.
"Hmm...saya juga masih belajar.."
Demikianlah awal perbincangan yang semula hanya ingin bertanya mengenai masalah foto jembatan kuning yang menghiasi salah satu kota. Tak ada maksud apa-apa. Tapi ternyata karena satu foto bisa membawa Aries mengenal sahabat baru. Benar-benar baru. Karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan orang tersebut. Dan ternyata tanggapan sang pemilik situs sangat baik. Ramah dan canda selalu diselipkan saat berkunjung ke blognya.
Aries bahkan sering berkomunikasi layaknya orang yang sudah kenal lama. Mereka tidak sungkan untuk berbagi cerita, pengalaman ataupun sharing apa saja yang mereka ketahui.
Alangkah indahnya persahabatan seperti itu. 
Upss... ternyata susah juga membuat sebuah cerita... Sudah dulu yaa...

Senin, 06 April 2009

Senyum Awan Merindu

Bila rindumu terpancar dibalik awan
Dan sejuta tetes air berpadu dengan hamparan mentari
Ada secercah busur pelangi yang menghias putihnya langit
Menari dan berganti jelaga sesukanya

Bila rindumu bernyanyi di atas permadani awan
Dan berbaur bersama rinai kecil hujan di pelataran mentari
Ada segenggam warna yang memainkan dawai pelangi
Meniti nada demi nada dalam satu harmonisasi

Bila rindumu terukir di bingkai awan
Dan melebur bersama desah sejuta gerimis dan sinaran mentari
Ada merah merona, kuning bening dan hijau kemilau terlukis disana
Menyatu bersama biru lembayung, sentuhan ungu serta jelaga jingga

Bila rindumu terbawa senyum awan
Dan bermain diantara tirai gemerisik air dan tawa mentari
Ada secercah pelangi bahagia yang bersenandung
Mengalir seirama ayunan bayu nan lembut di selasar permadani buana

Minggu, 05 April 2009

Serunai Bidadari Malam

Nyanyi lembut sang bidadari malam
Olengkan satire yang menduakan rasa
Pelan namun terukur rapi
Elakkan sangkakala yang bertiup sumbang

Nada resah sang bidadari malam
Ombangkan nestapa di jagad asa
Pantunkan kata berselimut irama nan renta
Ejakan swara yang berdecak lemah

Nestapa biduk sang bidadari malam
Obralkan resah yang tiada bermakna
Pastikan relung keheningan di sela kibas sayapnya
Enyahkan kegelapan yang mencoba beradu disana

Nampakkah kisah itu hanya ilusi belaka?
Ombak samuderapun hanya menyeringai kecil
Pertanda sang bidadari malam hanya insan biasa
Enggan mengumbar kalbu di pentas buana yang berbias

Nyanyi lembut sang bidadari hadir kembali
Obsesikan keriaan yang menggayut rancak
Pendarkan seribu aroma yang harum merebak
Eureka! Aku kan menghibur mereka dalam telaga yang bersahabat

Dering Nada

Dering nada bergetar perlahan
Jemputkan waktu dan swara ceria
Kadang canda bercampur bahagia
Indah dipadu dalam balutan atma
Pejamkan mata dan dengarkan tawa manja
Lepas bebas tanpa terpaku kaku
Inikah sosok sahabat yang kucari?

Dering nada masih bertutur sapa
Jelang menit dan detik yang berlalu
Keindahan dan keramahan menyapa dunia
Impikan cerita yang menancap sukma
Pandanglah pigura disisi ragamu
Lantunkanlah serenada merdu mendayu
Ingatlah hanya ada awan yang jadi tirai pemisah

Dering nada lamat beredar
Jaringan radar mulai rendah berpendar
Ketukan tawa mulai membisu
Intipkan salam lewat seribu puisi
Pesan samar hanya menyamar tipis
Lalu lalang dijagad maya yang sepi
Ibarat permata yang tercecer di sela jerami kering

Kamis, 02 April 2009

Celoteh Jalan Beraspal

Aku terdiam. Ya...benar-benar terdiam. Bisu. Kaku. Tak bergerak. Karena aku hanyalah jalan beraspal yang hitam legam dan diam terpaku.
Riuh rendah kendaraan tak kuhiraukan. Klakson mobil dan motor tak akan digubris. Berisik dan memekakkan telinga siapa saja. Berasap dan mengeluarkan polusi hitam yang masuk ke pori-pori badanku.
Injakan tapak beribu kaki manusia kuacuhkan. Walau tak berbekas, tapi seretan kaki mereka ke atas badanku bagaikan gesekan biola yang mendayu-dayu. Tawa lepas mereka, seakan menertawakan diriku yang hitam dan tertindih oleh mereka. Celoteh mereka semakin hingar bingar. Pusingg. Sakit rasanya kepala ini. Perih telinga mendengarnya.
Ban mobil, motor, truk, bus dan sepeda yang berderit dan melindas kubiarkan melaju diatas badanku yang hitam. Pegal dan capai tentunya. Tapi itulah tugas yang harus kuemban setiap hari. Menanggung beban yang berat dari sejuta mahluk asing yang melintas di atas diriku. Sungguh tidak ringan. Namun adakah yang sedikit peduli dan mengerti?
Kadang badanku sudah melunak. Tidak rata lagi. Tidak sekekar dahulu lagi. Sinaran mentari membakar kulit terluarku. Mengelupas selapis demi selapis. Berbentuk gelombang tipis di sekujur tubuhku. Ibarat ombak laut yang bergelombang naik turun tak berhenti. Tak ada selimut tempat berlindung dari sengatan terik mentari. Sinarnya yang menyala menggoreng ari-ari kulitku. Panas. Menyengat. Adakah yang mau meletakkan payung atau pelindung disekujur badanku?
Dan bila musim penghujan tiba, ada beberapa borok yang menghias badan yang hanya 15-20 cm tebalnya. Tak ada rasa kasihan dari para pelaku jalan. Mereka hanya melihat. Memandang. Kadang meletakkan pasir dan batu seadanya. Tapi esok dan lusa, borok itu makin membesar. Kubangan yang terbentuk itu bahkan sanggup menjatuhkan pengendara motor. Air yang terbentuk disepanjang borok badanku pun menggangu pejalan kaki dan pengendara lain. Saling umpat. Saling caci. Dan mereka menunjuk-nunjuk ke arah diriku. Aku bagai terpidana yang hanya bisa disalahkan. Dijadikan korban. Kambing hitam yang tak bisa membela diri. Maukah mereka mengerti sedikit? Apakah yang salah pada diri ini? 
Aku hanya berharap mereka yang melintas dan melindas tahu tata krama. Seandainya aku bisa bicara kan kukatakan kepada semua, bak orator ulung disaat pesta demokrasi, bahwa :
Andai kalian lewat, lihatlah batas beban yang engkau bawa
Andai kalian menapak, jejakkan tungkai kaki lain dengan layak
Andai kalian merawatku, berikanlah sesuap aspal yang terbaik dan teristimewa bagi ku
Andai kalian merombakku, tambahkanlah material semen dan beton terindah dan terkuat sepanjang masa
Andaikan kalian berteriak, nyatakanlah dengan santun tanpa harus memekakkan telinga bayi mungil
Andaikan kendaraan kalian berbatuk hitam, rawatlah segera ke klinik mekanik terdekat
Andaikan ada yang mau mendengarkan diriku ini, akan kubuat mereka senang sepanjang masa
Andaikan ada yang mau membaca keluh kesahku ini, akan kubuat mereka bergembira melaju diatas diriku
Andaikan ada secercah asa yang mereka pancarkan buat diriku, akan kuberikan mereka hal yang terindah dan terbaik dalam masa hidupnya
Andaikan......
(Arrrggh ternyata aku hanya bermimpi di malam bertabur bintang ini...
Aku hanyalah seonggok badan jalan yang terdiam membisu menatap para pelaku jalan...
Apakah engkau mau mengerti???)

Sang Sahabat

Debur ombak melantai di pesisir pantai
Jejalkan selaksa memori akan sang sahabat
Kian hari tergambar senyum sumringah melekat di bibir nan tipis
Indahnya kota kecil diseputaran gunung dan samudera
Fasihkan lidah berucap dalam hati
Lantunkan kembali kisah ria dan canda itu
Yang akan menghibur daku, engkau dan mereka

Desir angin melayang perlahan
Jaringkan kebahagian pada kalbu yang terdalam
Keringkan kesusahan yang mencoba merambah
Impian itu akankah tergapai?
Fatamorgana kehidupan semu kan disisihkan
Lewati tumpukan pasir dan kerang
Yang tak henti menggayut untuk dikenang

Derai tawa sekelompok bebek yang melenggok
Jelajahi impian disuatu waktu kelak
Kembalikan masa indah yang terus berputar
Inginkan tempat berteduh bagi orang banyak
Flamboyan dan elegan menyapa tiap insani
Luruhkan hati siapa saja
Yang ingin bersama melewati bulan, tahun dan minggu

Rabu, 01 April 2009

Saat Bahtera Itu Berlayar

Nuansa keheningan terdengar saat kaki beranjak
Ombangkan hati pada satu bahtera yang merapat
Variasikan dua insan yang berbeda belahan jiwa
Awali tapak hari disamudera yang kelak bergolak

Nafiri bertiup memanggil bersatu
Oleskan kebersamaan yang merekat diantara segala perbedaan
Relung hati saling mengisi disela ragam kekurangan
Menautkan asmara dalam satu nahkoda
Alihkan kerikil dan sejuta pertaksamaan
Yang selalu mencoba merintangi alur kemudi
Arahkan raga pada suatu nirwana bahagia
Nyanyikan episode cinta manis di setiap hari yang kan terlewati
Terangi kegelapan yang mencoba mengoyak tirai perjalanan hidup nanti
Impikanlah layar terkembang terpasang gagah sepanjang bahtera itu melaju

Hari terus berlari dan merangkak maju
Antara detak hati dan debur ombak yang bersuara
Desah batin masih mencoba tuk kokoh mengubur kelam yang tak berguna
Yang lepaskan sauh kepenatan dikedalaman birunya banyu

Lamat-lamat hanya ada rasa satu padu yang tak akan goyah
Untaian aral hanyalah sebutir kesalahpahaman yang tak berguna
Menderu di sepanjang desah raga yang selalu digoda
Adalah seremoni yang biasa dan akan terus dicobai oleh mereka yang tak suka, tapi...
Rengkuhkanlah semua cinta yang telah kalian berikan pada bahtera bahagia itu

(Selamat berbahagia kawan....)