tag:blogger.com,1999:blog-59614402131199160502024-03-08T12:27:59.020+08:00Ketika Puisi dan Prosa BerceritaKeindahan kata tanpa nada kan selalu lekang di jiwaAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-76264930075418564492010-01-07T18:43:00.010+08:002010-01-07T19:02:56.880+08:00Ketika Januari KembaliGerimis menangis dipelataran buana,<br />Meliuk rancak diterpa desir bayu,<br />Seonggok daun terlepas dari dahan,<br />Melayang pelan menjemput tanah.<br /><br />Duhai januari, cepat nian hadir kembali<br />Mendera waktu mengayuh langkah<br />Ku hanya bisa diam terpaku,<br />Terpana menatap kalbu yang beku.<br /><br />Tahun lalu, tak satu jua panah itu terasa<br />Kini malah januari sudah berdentang kembali<br />Mengajak ku melangkah lebih giat<br />Menggandeng asa 'tuk membuka karang batu di relung hati<br /><br />Wahai januari, bisakah pelankan waktumu?<br />Mengantar getar hati yang terseok dan teronggok<br />Menjemput panah yang mungkin hanya ada satu<br />Menancap erat dalam jiwa sanubari...Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-86750720609247642242009-06-02T15:39:00.002+08:002009-06-02T21:31:16.860+08:00Dawai KehidupanAda relung kebahagiaan dibalik sapa itu<br />Memancar dan berpijar menerpa jiwa<br />Menggerus dan menguras belahan atma<br />Yang tergolek dibelantara kerasnya karang<br /><br />Ada harmonisasi nada yang terpetik<br />Mengaum dan bergaung disela gejolak hati<br />Menghujam dan menerjang tulang sumsum<br />Tanpa mencibir dan mencerca kelemahan dalam dada<br /><br />Ada rentetan kata menerpa<br />Memendam hasrat yang menggelayut indah<br />Menekan lidah yang selama ini kelu <br />Membuka kisah menuai suka<br /><br />Lamat-lamat dawai kehidupan berdentang<br />Menyentak dan membakar kegalauan sukma <br />Mendorong terang dikegelapan lorong kalbu<br />Menebar secercah cahaya diantara galau kelabu<br /><br />Serukanlah pada ilalang yang bergoyang<br />Siramilah kenestapaan yang kering kerontang<br />Susupkanlah rasa kasih yang terjepit pada diri<br />Bertabur kejora yang menghias rona dan mimpiAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-59245165423715076392009-05-22T15:42:00.004+08:002009-05-25T09:02:19.315+08:00MaafkanlahBila ada yang salah dalam tutur kata<br />Bila ada yang keliru dalam berucap sapa<br />Bila ada yang tak sengaja terlontar<br />Ku mohon maafkanlah <br />Karena ku hanya insan biasa<br /><br />Bila ada nada tawa yang sumbang<br />Bila ada sengau yang mengganggu<br />Bila ada canda yang mengacau<br />Ku mohon maafkanlah <br />Karena ku bukan Dia yang serba Maha<br /><br />Tak ada satupun maksud menyakiti<br />Tak ada satupun keinginan menggurui<br />Tak ada satupun kesombongan yang ingin dipamerkan<br />Hanya sedikit bumbu di sela wicara mu dan bicaraku<br />Dan mungkin ku terpeleset dalam anganku sendiri<br /><br />Kutahu masih bisa terjalin persahabatan ini<br />Kutahu masih ada rantai kalbu yang tak bisa terputus<br />Kutahu asamu dan harapanku masih bisa berpadu<br />Kutahu candamu dan tawaku masih terngiang bersama<br />Dan kuberharap maafku bisa diterima dalam relungmu<br /><br />Marilah menghadap esok hari yang lebih baik<br />Bergandeng tangan menatap mentari dan rembulan <br />Meniti jembatan persahabatan dihamparan bergolaknya samudera<br />Bersama menyalakan lentera tuk menepis kegelapan yang menghadang<br />Berayun dan melangkah menuju satu titik terang yang bahagiaAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-37302550654802642942009-05-19T20:41:00.005+08:002009-05-22T15:10:15.310+08:00Asa MerinduEntah apa yang terlintas dibenakku<br />Saat kau dendangkan beberapa tembang indah<br />Seluruh sukma tersihir bagai kelopak bunga yang merekah<br />Mengoyak saraf yang sedang diam terpana<br /><br />Entah apa yang terlintas dibenakku<br />Saat kau tuturkan serentetan kata <br />Gendang telinga ini tak ingin menutup gaung yang menggema<br />Menembus dan menerjang hingga kalbu yang terdalam<br /><br />Entah apa yang terlintas dibenakku<br />Saat bingkai pigura itu menghias kelopak mata<br />Membengkokkan karang hati yang terpekur membatu <br />Hingga terus mengusik relung mimpi di malam hari<br /><br />Entah apa yang terlintas dibenakku<br />Saat kau diam sejuta bahasa<br />Tanpa sapa dan selaksa berita <br />Menghela kegetiran hidup yang terus melaju<br /><br />Akankah saat itu kembali berpaling padaku<br />Mendengar seuntai kata yang manis merenda<br />Mendengar nada indah yang selalu berpadu<br />Menghias hari-hari yang tak pernah berhenti meraja<br /><br />Hanya sebuah asa kecil tiap malam yang kupanjatkan<br />Melewati ruang dan waktu di telaga kesunyian<br />Merebak dan membelah hingar bingar di luar sana<br />Tanpa peduli atma yang saat ini tenggelam dalam kehampaan samuderaAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-81522727498105483792009-05-02T18:23:00.003+08:002009-05-03T05:07:59.136+08:00Malam SepiDan ketika rembulan tersenyum<br />Ada secercah rona di wajahmu<br />Menyiratkan selaksa makna<br />Tanpa pernah kutahu arti semua itu<br /><br />Dan saat bintang berkelip<br />Sendunya matamu pun berkedip<br />Menyiram sihir sejuta pesona<br />Tanpa pernah berucap sepatah kata<br /><br />Dan hanya bayangmu yang berpendar<br />Diantara bintang gemintang dan rembulan malam<br />Menyudutkan aku di hamparan biru mega<br />Terpekur dan tersiksa di malam sepi<br /><br />Hening malam terus berlalu<br />Tapi bayangmu tersimpan kaku dalam benakku<br />Sunyi merapat dalam kalbu<br />Tak lekang oleh waktu yang melajuAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-29531105244840441062009-04-23T08:02:00.003+08:002009-04-23T08:30:08.991+08:00Swara Sang PutriEntah apa yang membekas di benakmu<br />Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan<br />Denting serenade yang terus kau permainkan untukku<br />Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku<br />Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga<br /><br />Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah<br />Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga<br />Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang<br />Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana<br />Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana<br /><br />Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?<br />Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu<br />Demi sang putri pemilik kalbumu itu<br />Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera<br />Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samuderaAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-62109137218694005612009-04-20T07:21:00.003+08:002009-04-20T07:42:00.218+08:00Surat 'tuk SahabatSahabat...<br />Ketika kau baca surat ini,<br />Rasa rindu masih melekat,<br />Canda tawamu masih terbayang,<br />Senyummu tetap tak hilang,<br />Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.<br /><br />Sahabat...<br />Kutahu engkau jauh terpencil di sana,<br />Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,<br />Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,<br />Tapi ... kutetap berdoa<br />Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang<br /><br />Sahabat....<br />Jarak bukanlah penghalang diantara kita<br />Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan<br />Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan<br />Marilah kita tetap jalin persahabatan kita<br />Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti<br /><br />Sahabat....<br />Andai kau luangkan baca surat ini,<br />Ada bahagia yang merayap dalam sukma<br />Ada kasih yang mengguyur atma dan raga<br />Ada simpati dan empati diantara kita<br />Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbuAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-70195932282950846612009-04-15T06:33:00.005+08:002009-04-15T18:07:50.419+08:00Penantian Yang Tak PastiHari lalu berawal dari jabat erat<br />Bertemu dalam dunia maya<br />Menyapa sepatah dua patah aksara<br />Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju<br /><br />Hari ini berjumpa kembali <br />Bertutur dalam lintas alam nan nyata<br />Memandang wajah dalam diam terpana<br />Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak<br /><br />Hari esok masih berangan dan berharap<br />Bolehkan daku menghampiri dan mendekati<br />Menitip sentuhan dan belaian kasih<br />Memetik dawai di atas senyum merona<br /><br />Hari nanti asaku menanti<br />Beranjak terus menyeruput kisah bahagia<br />Menapaki jejak dikelembutan mega<br />Mengusir badai yang merengkuh balada anganku<br /><br />(<span style="font-style:italic;">Argh..ternyata hanya mimpi semu</span>)Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-73868926289129827332009-04-14T07:03:00.006+08:002009-04-14T19:59:17.648+08:00Lilin KehidupanBila kau nyalakan lilin kehidupan<br />Layar indah tentangmu terbentang lepas<br />Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan<br />Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana<br /><br />Saat kau nyalakan lilin kehidupan<br />Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan<br />Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu<br />Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu<br /><br />Bila kau nyalakan lilin kehidupan<br />Jagad buana dipenuhi bahagia merona<br />Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma<br />Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara<br /><br />Saat kau nyalakan lilin kehidupan<br />Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak<br />Sementara bayu dan samudera terpaku menatap<br />Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani<br /><br />Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar<br />Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma<br />Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah<br />Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-29126764354962252552009-04-12T15:03:00.003+08:002009-04-12T15:42:28.690+08:00Bila Hatiku RinduSaat pertama jalinan sahabat itu kita jalani<br />Ada rasa bahagia berlumur di benakku<br />Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu<br />Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu<br /><br />Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan<br />Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku<br />Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku<br />Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu<br /><br />Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan<br />Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku<br />Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku<br />Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu <br /><br />Dan ketika waktu terus berlalu menjauh<br />Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh<br />Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh<br />Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengeringAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-45575832034226038182009-04-12T11:59:00.006+08:002009-05-03T05:36:20.938+08:00Aries dan Sahabat (1)<div align="justify">Aries hanyalah insan biasa. Rambutnya lurus. Tidak bergelombang. Walaupun ayahnya berasal dari salah satu etnis yang diketahui memiliki rambut bergelombang atau ikal. Rambut itu hitam pekat namun sedikit tak terurus. Kulitnya yang coklat masih menunjukkan kelenturan yang padu. Kumis tipis pun menghias wajahnya yang dulu lonjong. Benar-benar kontras bila melihatnya ketika masih berusia 11 tahun. Putih, bersih dan mata cerah. Tapi apapun yang sudah berlalu takkan mungkin diulur kembali laksana selongsong waktu yang bisa diatur maju dan mundur.<br /></div><div align="justify"></div><div align="justify">Saat ini menit dan jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Benar-benar masih pagi. Sinar matahari masih menyapu seantero kota dengan vitamin D-nya. Ditengah kegiatan usaha yang dirintisnya sejak beberapa tahun yang lalu itu, matanya mengawasi sekumpulan artikel yang muncul di depan komputer tuanya. Ada foto seorang pengemis yang menjajakan sandiwara yang menghiba, kemudian bencana di salah satu lokasi dunia yang memporak porandakan kelangsungan hidup salah satu keluarga, kemudian kecelakaan salah satu pesawat di negara maju, dan masih banyak lagi kumpulan foto yang terlihat silih berganti di depan matanya. Alangkah menyedihkan apa yang terjadi disana... Ada sejuta cobaan yang dihadapi oleh saudara-saudariku di sana. Sementara Aries masih bisa menjalani hidup dengan aman dan nyaman. Karena itulah seharusnya ia patut bersyukur dan berterima kasih dengan segala yang diberikan-Nya. Rezeki, kesehatan, udara bersih, air yang mengalir, dan masih banyak lagi yang tak mungkin disebutkan satu demi satu.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Tak ingin larut dalam kesedihan, mata Aries kemudian berputar dan jari-jari tangannya siap melantai di atas keyboard komputer bak seorang pianis unggul. Di tulisnya nama suatu kota di Indonesia. Masih satu pulau dengan tempat tinggalnya sekarang. Di forum itu ia melihat-lihat kondisi kota tersebut. Wow... kota itu sudah mulai bersolek rupanya. Ada suatu jembatan yang warnanya sangat menyala. Kuning. Bentuknya menyerupai salah satu jembatan masyhur di Sydney, Australia. Ya.. Harbour Bridge nama jembatan itu. Tapi karena ada di Indonesia, entah apa nama jembatan yang terdapat di kota tersebut. Dalam keterangan di foto tersebut, tertulis bahwa jembatan itu dibuat untuk menghubungkan salah satu tempat rekreasi pantai dengan "downtown" kota tersebut. Agar masyarakat dapat lebih singkat sampai ke tempat rekreasi itu. Namun, sekali lagi kata info tersebut, lampu jembatan telah banyak diambil orang-orang jahil. Mengapa mereka tega merampas hak-hak yang bukan miliknya? </div><div align="justify"></div><div align="justify">Tertarik dengan foto tersebut, Aries kemudian mencoba menyapa salah satu anggota forum tersebut. Sedikit berbasa basi, menanyakan sesuatu mengenai jembatan tersebut. Dan atas saran anggota forum tersebut, ia menyebutkan salah satu situs yang sebaiknya dikunjungi dan alamat tersebut juga dicantumkan dalam forum itu. Jadi ternyata itu bukan hasil karya fotonya. Hmmm...baiklah ... Kemudian ia memberanikan diri mengetik alamat situs tersebut. Triple w dan disambung dengan raja roma gratis. Nama situs yang cukup menggelitik orang. Mungkin ia adalah salah seorang yang senang dengan kondisi kota Roma, atau dia juga suka dengan kata "TERLALU" yang sering diucapkan oleh salah seorang penyanyi terkenal di nusantara ini. Dan orangnya loyal karena sering memberi sesuatu dengan gratis. Betulkah itu? Hanya pemilik situs saja yang dapat menjawab pertanyaan itu. Tiada orang lain yang mungkin bisa menjabarkannya.</div><div align="justify"></div><div align="justify">Aries mampir ke alamat situs yang dimaksud. Melihat-lihat isi tulisan, artikel dan foto yang terpampang disitu. Wah...fotonya cukup banyak. Dan orangnya kelihatan ramah dan sopan. Apakah mungkin ia berkenalan dengan orang seperti itu? Dengan sangat hati-hati ia melihat ada kotak yang memungkinkan orang lain untuk berbicara langsung dengan sang pemilik situs.</div><div align="justify">"Selamat pagi."</div><div align="justify">Satu dua detik tak ada tanggapan. </div><div align="justify">Aries mulai melupakan hal itu, dan ia meluncur ke forum lain untuk berbasa-basi dengan anggota forum. Namun sejenak ia kembali lagi ke situs tadi. Hei..rupanya ada kedip oranye di komputernya.</div><div align="justify">"Selamat pagi juga. Dari siapa ya?"</div><div align="justify">Wah ada tanggapan dari sang empunya situs.</div><div align="justify">"Saya Aries. Dari kota di Selatan pulau ini"</div><div align="justify">"Salam kenal ya."sapa Aries kembali.</div><div align="justify">"Sama-sama. Maaf dari siapa tadi?", kembali pemilik situs tadi bertanya.</div><div align="justify">"Aries, mas. Saya hanya ingin tahu apa mas pernah mengirim foto ke salah satu forum."</div><div align="justify">"Foto yang mana ya?"</div><div align="justify">"Itu, Mas. Foto jembatan di kota Mas... Yang warna kuning dan mirip salah satu warna parpol tertentu."</div><div align="justify">"Oooo....itu. Saya tidak pernah mengirim foto tersebut ke forum yang Anda maksud."</div><div align="justify">Sejenak Aries terdiam. Tapi ia mulai mengetik "Lagi sibuk kelihatannya ya?", tanya Aries.</div><div align="justify">"Ya...biasa ajalah... BTW, Punya YM (Yahoo Messenger) atau blog juga?", tanya pemilik situs.</div><div align="justify">"Belum ada Mas. Tolong diajarkan deh bagaimana cara buat blog atau YM..,"pinta Aries.</div><div align="justify">"Hmm...saya juga masih belajar.."</div><div align="justify">Demikianlah awal perbincangan yang semula hanya ingin bertanya mengenai masalah foto jembatan kuning yang menghiasi salah satu kota. Tak ada maksud apa-apa. Tapi ternyata karena satu foto bisa membawa Aries mengenal sahabat baru. Benar-benar baru. Karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan orang tersebut. Dan ternyata tanggapan sang pemilik situs sangat baik. Ramah dan canda selalu diselipkan saat berkunjung ke blognya. </div><div align="justify">Aries bahkan sering berkomunikasi layaknya orang yang sudah kenal lama. Mereka tidak sungkan untuk berbagi cerita, pengalaman ataupun sharing apa saja yang mereka ketahui.</div><div align="justify">Alangkah indahnya persahabatan seperti itu. </div><div align="justify"></div><div align="justify">Upss... ternyata susah juga membuat sebuah cerita... Sudah dulu yaa...</div><div align="justify"></div>Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-62489088436761166582009-04-06T19:36:00.004+08:002009-04-06T22:16:20.236+08:00Senyum Awan MerinduBila rindumu terpancar dibalik awan<br />Dan sejuta tetes air berpadu dengan hamparan mentari<br />Ada secercah busur pelangi yang menghias putihnya langit<br />Menari dan berganti jelaga sesukanya<br /><br />Bila rindumu bernyanyi di atas permadani awan<br />Dan berbaur bersama rinai kecil hujan di pelataran mentari<br />Ada segenggam warna yang memainkan dawai pelangi<br />Meniti nada demi nada dalam satu harmonisasi<br /><br />Bila rindumu terukir di bingkai awan<br />Dan melebur bersama desah sejuta gerimis dan sinaran mentari<br />Ada merah merona, kuning bening dan hijau kemilau terlukis disana<br />Menyatu bersama biru lembayung, sentuhan ungu serta jelaga jingga <br /><br />Bila rindumu terbawa senyum awan<br />Dan bermain diantara tirai gemerisik air dan tawa mentari<br />Ada secercah pelangi bahagia yang bersenandung<br />Mengalir seirama ayunan bayu nan lembut di selasar permadani buanaAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-83148310453660023072009-04-05T15:34:00.004+08:002009-04-05T16:06:43.569+08:00Serunai Bidadari MalamNyanyi lembut sang bidadari malam<br />Olengkan satire yang menduakan rasa<br />Pelan namun terukur rapi<br />Elakkan sangkakala yang bertiup sumbang<br /><br />Nada resah sang bidadari malam<br />Ombangkan nestapa di jagad asa<br />Pantunkan kata berselimut irama nan renta<br />Ejakan swara yang berdecak lemah<br /><br />Nestapa biduk sang bidadari malam<br />Obralkan resah yang tiada bermakna<br />Pastikan relung keheningan di sela kibas sayapnya<br />Enyahkan kegelapan yang mencoba beradu disana<br /><br />Nampakkah kisah itu hanya ilusi belaka?<br />Ombak samuderapun hanya menyeringai kecil<br />Pertanda sang bidadari malam hanya insan biasa<br />Enggan mengumbar kalbu di pentas buana yang berbias<br /><br />Nyanyi lembut sang bidadari hadir kembali<br />Obsesikan keriaan yang menggayut rancak<br />Pendarkan seribu aroma yang harum merebak<br />Eureka! Aku kan menghibur mereka dalam telaga yang bersahabatAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-86970871646091737102009-04-05T14:28:00.004+08:002009-04-05T15:31:16.102+08:00Dering NadaDering nada bergetar perlahan<br />Jemputkan waktu dan swara ceria<br />Kadang canda bercampur bahagia<br />Indah dipadu dalam balutan atma<br />Pejamkan mata dan dengarkan tawa manja<br />Lepas bebas tanpa terpaku kaku<br />Inikah sosok sahabat yang kucari?<br /><br />Dering nada masih bertutur sapa<br />Jelang menit dan detik yang berlalu<br />Keindahan dan keramahan menyapa dunia<br />Impikan cerita yang menancap sukma<br />Pandanglah pigura disisi ragamu<br />Lantunkanlah serenada merdu mendayu<br />Ingatlah hanya ada awan yang jadi tirai pemisah<br /><br />Dering nada lamat beredar<br />Jaringan radar mulai rendah berpendar<br />Ketukan tawa mulai membisu<br />Intipkan salam lewat seribu puisi<br />Pesan samar hanya menyamar tipis<br />Lalu lalang dijagad maya yang sepi<br />Ibarat permata yang tercecer di sela jerami keringAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-89574670051700369372009-04-02T19:00:00.009+08:002009-04-05T16:21:41.643+08:00Celoteh Jalan Beraspal<div align="justify">Aku terdiam. Ya...benar-benar terdiam. Bisu. Kaku. Tak bergerak. Karena aku hanyalah jalan beraspal yang hitam legam dan diam terpaku. </div><div align="justify">Riuh rendah kendaraan tak kuhiraukan. Klakson mobil dan motor tak akan digubris. Berisik dan memekakkan telinga siapa saja. Berasap dan mengeluarkan polusi hitam yang masuk ke pori-pori badanku. </div><div align="justify">Injakan tapak beribu kaki manusia kuacuhkan. Walau tak berbekas, tapi seretan kaki mereka ke atas badanku bagaikan gesekan biola yang mendayu-dayu. Tawa lepas mereka, seakan menertawakan diriku yang hitam dan tertindih oleh mereka. Celoteh mereka semakin hingar bingar. Pusingg. Sakit rasanya kepala ini. Perih telinga mendengarnya. </div><div align="justify">Ban mobil, motor, truk, bus dan sepeda yang berderit dan melindas kubiarkan melaju diatas badanku yang hitam. Pegal dan capai tentunya. Tapi itulah tugas yang harus kuemban setiap hari. Menanggung beban yang berat dari sejuta mahluk asing yang melintas di atas diriku. Sungguh tidak ringan. Namun adakah yang sedikit peduli dan mengerti? </div><div align="justify"></div><div align="justify">Kadang badanku sudah melunak. Tidak rata lagi. Tidak sekekar dahulu lagi. Sinaran mentari membakar kulit terluarku. Mengelupas selapis demi selapis. Berbentuk gelombang tipis di sekujur tubuhku. Ibarat ombak laut yang bergelombang naik turun tak berhenti. Tak ada selimut tempat berlindung dari sengatan terik mentari. Sinarnya yang menyala menggoreng ari-ari kulitku. Panas. Menyengat. Adakah yang mau meletakkan payung atau pelindung disekujur badanku? </div><div align="justify"></div><div align="justify">Dan bila musim penghujan tiba, ada beberapa borok yang menghias badan yang hanya 15-20 cm tebalnya. Tak ada rasa kasihan dari para pelaku jalan. Mereka hanya melihat. Memandang. Kadang meletakkan pasir dan batu seadanya. Tapi esok dan lusa, borok itu makin membesar. Kubangan yang terbentuk itu bahkan sanggup menjatuhkan pengendara motor. Air yang terbentuk disepanjang borok badanku pun menggangu pejalan kaki dan pengendara lain. Saling umpat. Saling caci. Dan mereka menunjuk-nunjuk ke arah diriku. Aku bagai terpidana yang hanya bisa disalahkan. Dijadikan korban. Kambing hitam yang tak bisa membela diri. Maukah mereka mengerti sedikit? Apakah yang salah pada diri ini? </div><div align="justify"></div><div align="justify">Aku hanya berharap mereka yang melintas dan melindas tahu tata krama. Seandainya aku bisa bicara kan kukatakan kepada semua, bak orator ulung disaat pesta demokrasi, bahwa :</div><div align="justify"></div><div align="justify">Andai kalian lewat, lihatlah batas beban yang engkau bawa</div><div align="justify">Andai kalian menapak, jejakkan tungkai kaki lain dengan layak</div><div align="justify">Andai kalian merawatku, berikanlah sesuap aspal yang terbaik dan teristimewa bagi ku</div><div align="justify">Andai kalian merombakku, tambahkanlah material semen dan beton terindah dan terkuat sepanjang masa</div><div align="justify">Andaikan kalian berteriak, nyatakanlah dengan santun tanpa harus memekakkan telinga bayi mungil</div><div align="justify">Andaikan kendaraan kalian berbatuk hitam, rawatlah segera ke klinik mekanik terdekat</div><div align="justify">Andaikan ada yang mau mendengarkan diriku ini, akan kubuat mereka senang sepanjang masa</div><div align="justify">Andaikan ada yang mau membaca keluh kesahku ini, akan kubuat mereka bergembira melaju diatas diriku</div><div align="justify">Andaikan ada secercah asa yang mereka pancarkan buat diriku, akan kuberikan mereka hal yang terindah dan terbaik dalam masa hidupnya</div><div align="justify">Andaikan......</div><div align="justify"></div><div align="justify">(Arrrggh ternyata aku hanya bermimpi di malam bertabur bintang ini...</div><div align="justify">Aku hanyalah seonggok badan jalan yang terdiam membisu menatap para pelaku jalan...</div><div align="justify">Apakah engkau mau mengerti???)</div>Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-65175270390658282002009-04-02T08:02:00.000+08:002009-04-02T08:03:17.881+08:00Sang SahabatDebur ombak melantai di pesisir pantai<br />Jejalkan selaksa memori akan sang sahabat<br />Kian hari tergambar senyum sumringah melekat di bibir nan tipis<br />Indahnya kota kecil diseputaran gunung dan samudera<br />Fasihkan lidah berucap dalam hati <br />Lantunkan kembali kisah ria dan canda itu<br />Yang akan menghibur daku, engkau dan mereka<br /><br />Desir angin melayang perlahan<br />Jaringkan kebahagian pada kalbu yang terdalam<br />Keringkan kesusahan yang mencoba merambah <br />Impian itu akankah tergapai?<br />Fatamorgana kehidupan semu kan disisihkan<br />Lewati tumpukan pasir dan kerang<br />Yang tak henti menggayut untuk dikenang<br /><br />Derai tawa sekelompok bebek yang melenggok<br />Jelajahi impian disuatu waktu kelak<br />Kembalikan masa indah yang terus berputar<br />Inginkan tempat berteduh bagi orang banyak<br />Flamboyan dan elegan menyapa tiap insani<br />Luruhkan hati siapa saja<br />Yang ingin bersama melewati bulan, tahun dan mingguAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-82117110753101914572009-04-01T17:26:00.007+08:002009-04-01T19:53:10.227+08:00Saat Bahtera Itu BerlayarNuansa keheningan terdengar saat kaki beranjak <br />Ombangkan hati pada satu bahtera yang merapat<br />Variasikan dua insan yang berbeda belahan jiwa <br />Awali tapak hari disamudera yang kelak bergolak<br /><br />Nafiri bertiup memanggil bersatu<br />Oleskan kebersamaan yang merekat diantara segala perbedaan<br />Relung hati saling mengisi disela ragam kekurangan<br />Menautkan asmara dalam satu nahkoda <br />Alihkan kerikil dan sejuta pertaksamaan<br />Yang selalu mencoba merintangi alur kemudi<br />Arahkan raga pada suatu nirwana bahagia<br />Nyanyikan episode cinta manis di setiap hari yang kan terlewati<br />Terangi kegelapan yang mencoba mengoyak tirai perjalanan hidup nanti<br />Impikanlah layar terkembang terpasang gagah sepanjang bahtera itu melaju <br /><br />Hari terus berlari dan merangkak maju <br />Antara detak hati dan debur ombak yang bersuara<br />Desah batin masih mencoba tuk kokoh mengubur kelam yang tak berguna <br />Yang lepaskan sauh kepenatan dikedalaman birunya banyu<br /><br />Lamat-lamat hanya ada rasa satu padu yang tak akan goyah<br />Untaian aral hanyalah sebutir kesalahpahaman yang tak berguna<br />Menderu di sepanjang desah raga yang selalu digoda<br />Adalah seremoni yang biasa dan akan terus dicobai oleh mereka yang tak suka, tapi...<br />Rengkuhkanlah semua cinta yang telah kalian berikan pada bahtera bahagia itu<br /><br />(Selamat berbahagia kawan....)Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-53943136875339254782009-03-30T19:16:00.002+08:002009-03-30T20:26:16.818+08:00Ketika Sakura BermekaranNyanyian angin semilir melantunkan tembang musim semi<br />Indah berpadu dengan tarian bunga sakura<br />Anggukkan kepala putik dan hentakkan tangkai kaki<br /><br />Wahai sakura yang mekar di pagi hari<br />Ajaklah mata semua insan memahami warna kemilau daunmu<br />Sendengkan telinga mereka mendengarkan goyang kecilmu<br />Harumkan hati para sejoli yang menyukai pink di seantero ragamu<br />Ingatkan bahwa hari ini " Aku, sakura... sedang ingin dimanja dan dicintai"<br /><br />Nampak para serangga mungil mencoba mendekati dirimu<br />Ingin rasanya mengusir mereka yang hanya mengganggu rasamu yang ria gembira<br />Andaikan aku bisa menyapa untuk menghela mereka menjauh darimu ...<br /><br />Sementara senja, malam dan pagi saling silih berganti<br />Auramu tak lekang mengundang pesona<br />Yang ingin mengelus dan memetikmu hanya memandang terpana<br />Amboi... sakura yang didamba memang menghenyakkan dada<br />Kadang menggoda namun tak boleh diraba<br />Arghhh andai saja sakura itu tumbuh dan mekar selama 365 hariAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-47832919060180771962009-03-30T17:46:00.003+08:002009-03-30T18:46:05.629+08:00Why hate monday??Senin datang lagi<br />Banyak yang benci<br />Banyak yang dengki<br />Banyak yang "hate" ama doski<br /><br />Tapi apa yang salah dengan Senin<br />Ia datang seperti bayi tak berdosa<br />Hanya ingin melambai bak seorang "king"<br />Dan menyapa "mat pagi" kepada siapa saja<br /><br />Haruskah kita membencinya?<br />Haruskah kita menolaknya?<br />Apakah hari berikutnya juga indah?<br />Atau justru lebih parah?<br /><br />I don't hate monday<br />I only hate everybody that hate the day<br />I always make a wish that someday<br />Every monday is a blessing day<br /><br />Senin ku marilah kemari<br />Kusambut dirimu dalam putaran hari<br />Kugapai senyummu dalam kisaran waktu yang berlari<br />Berbuatlah sesuatu agar mereka selalu menyayangimu seperti mereka merindukan mentariAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-37437319916530913472009-03-29T09:35:00.005+08:002009-03-30T18:42:36.092+08:00Karnaval DemokrasiSeperti pelangi yang berarak<br />Demikian pulalah karnaval ini bergerak<br />Kadang merah darah, hijau kemilau bahkan kuning yang menghenyak<br />Dan ada saatnya putih menghampar dan biru mengoyak<br /><br />Ratusan knalpot berderu dengan orkestra seadanya<br />Diantara jeritan dan kepiluan ekonomi<br />Diantara pekikan dan rintihan yang melanda<br />Diantara reruntuhan budaya yang mencoba saling berbagi<br /><br />Ada rasa sedih dan gembira<br />Bercampur rasa takut dan ria<br />Melawan realita yang lewat begitu saja<br />Meluncur membelah samudera pesta yang membahana<br /><br />Dikala mereka berlomba menjadi nomor satu<br />Merayu dan menjajakan sejuta janji<br />Berharap khayalak menengok dan memberi restu<br />Pada sejumlah insan yang tiada pernah menentukan arah pasti<br /><br />Ku hanya berharap ada bahagia disertai doa<br />agar karnaval juga bersuara bagi mereka-mereka,<br />yang hidupnya hanya cukup untuk satu hari saja,<br />yang kisah kasihnya terengut oleh amarah bencana,<br />yang berjuang diantara sesama yang terkapar dan terhina,<br />yang melawan segala godaan duniawi yang fana,<br />yang berperang melawan diri sendiri dan segala kemunafikannya.<br /><br />(dan dalam hati ku hanya bertanya "pedulikah mereka akan rekan sesamanya"??<br />hanya deru debulah yang bisa menjawab ....)Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-4039063730972592822009-03-28T19:05:00.002+08:002009-03-28T19:35:47.542+08:00Malam Minggu (1)Ada kerlip bintang di langit membiru<br />Ketika malam minggu kembali memanggil<br />Dan aku hanya sendiri di atas tilam ini<br />Menatap relung hati yang sepi<br /><br />Sementara bulan tersenyum manis padaku<br />Mata hanya diam menatap<br />Walaupun purnama dan kejora melambai<br />Bibirku hanya tertutup bisu<br /><br />Diluaran sana berjuta sejoli memadu kasih<br />Di sela emperan toko dan selasar pantai<br />Ditemani deru angin semilir yang mengalir<br />Diantara redup lampu yang memijar<br /><br />Dan ketika mereka melewati jendela kamarku<br />Ada rasa miris yang mengiris sembilu<br />Tak peduli akan saraf jantungku yang terhimpit sendu<br />Seperti detak irama yang menyanyikan lagu pilu<br /><br />Entah sudah berapa minggu ku sendiri<br />Tanpa teman berbagi suka<br />Hanya dinding putih yang selalu diam<br />Berbagi rasa diantara selimut-selimut putih<br /><br />Dan detik waktu terus bergerak merayap<br />Malam minggu beranjak pergi dari peraduannya<br />Aku terhenyak lagi<br />Ah sang waktu... begitu cepatnya malam minggu berlalu<br /><br />(Dan aku hanya menunggu lagi malam minggu selanjutnya)...Augustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5961440213119916050.post-6746190057562799452009-03-27T09:12:00.001+08:002009-03-27T09:51:16.048+08:00Kumbang dan KembangSenyum kembang menguak tirai<br />Dikala kumbang berarak mencari<br />Dan menari dipanggung lembut nan asri<br /><br />Saat menuai madu kembang<br />Ada rasa senang sang kumbang<br />Tak satupun yang bisa menghalang<br /><br />Kadang kembang berdandan<br />Menarik kumbang yang sepadan<br />Seakan berkata, "kembalilah dan jangan lupa esok pagi kau harus datang"<br /><br />Ketika kembang tidak lagi mekar<br />Sang kumbang hanya menatap nanar<br />Tapi tetap melayang berputar<br />(walaupun tidak berhenti)<br /><br />Kini kembang terjatuh layu<br />Putik dan sari sudah kuyu<br />Kumbang pun beralih ke kembang lain yang ayu<br /><br />Kumbang dan kembang<br />Memang padanan seimbang<br />Tiada pernah mereka terpisah<br />Kecuali waktu dan kehidupan yang memecahAugustinus Simplyhttp://www.blogger.com/profile/07928509274776975072noreply@blogger.com0