Gerimis menangis dipelataran buana,
Meliuk rancak diterpa desir bayu,
Seonggok daun terlepas dari dahan,
Melayang pelan menjemput tanah.
Duhai januari, cepat nian hadir kembali
Mendera waktu mengayuh langkah
Ku hanya bisa diam terpaku,
Terpana menatap kalbu yang beku.
Tahun lalu, tak satu jua panah itu terasa
Kini malah januari sudah berdentang kembali
Mengajak ku melangkah lebih giat
Menggandeng asa 'tuk membuka karang batu di relung hati
Wahai januari, bisakah pelankan waktumu?
Mengantar getar hati yang terseok dan teronggok
Menjemput panah yang mungkin hanya ada satu
Menancap erat dalam jiwa sanubari...
Ketika Puisi dan Prosa Bercerita
Keindahan kata tanpa nada kan selalu lekang di jiwa
Kamis, 07 Januari 2010
Selasa, 02 Juni 2009
Dawai Kehidupan
Ada relung kebahagiaan dibalik sapa itu
Memancar dan berpijar menerpa jiwa
Menggerus dan menguras belahan atma
Yang tergolek dibelantara kerasnya karang
Ada harmonisasi nada yang terpetik
Mengaum dan bergaung disela gejolak hati
Menghujam dan menerjang tulang sumsum
Tanpa mencibir dan mencerca kelemahan dalam dada
Ada rentetan kata menerpa
Memendam hasrat yang menggelayut indah
Menekan lidah yang selama ini kelu
Membuka kisah menuai suka
Lamat-lamat dawai kehidupan berdentang
Menyentak dan membakar kegalauan sukma
Mendorong terang dikegelapan lorong kalbu
Menebar secercah cahaya diantara galau kelabu
Serukanlah pada ilalang yang bergoyang
Siramilah kenestapaan yang kering kerontang
Susupkanlah rasa kasih yang terjepit pada diri
Bertabur kejora yang menghias rona dan mimpi
Memancar dan berpijar menerpa jiwa
Menggerus dan menguras belahan atma
Yang tergolek dibelantara kerasnya karang
Ada harmonisasi nada yang terpetik
Mengaum dan bergaung disela gejolak hati
Menghujam dan menerjang tulang sumsum
Tanpa mencibir dan mencerca kelemahan dalam dada
Ada rentetan kata menerpa
Memendam hasrat yang menggelayut indah
Menekan lidah yang selama ini kelu
Membuka kisah menuai suka
Lamat-lamat dawai kehidupan berdentang
Menyentak dan membakar kegalauan sukma
Mendorong terang dikegelapan lorong kalbu
Menebar secercah cahaya diantara galau kelabu
Serukanlah pada ilalang yang bergoyang
Siramilah kenestapaan yang kering kerontang
Susupkanlah rasa kasih yang terjepit pada diri
Bertabur kejora yang menghias rona dan mimpi
Jumat, 22 Mei 2009
Maafkanlah
Bila ada yang salah dalam tutur kata
Bila ada yang keliru dalam berucap sapa
Bila ada yang tak sengaja terlontar
Ku mohon maafkanlah
Karena ku hanya insan biasa
Bila ada nada tawa yang sumbang
Bila ada sengau yang mengganggu
Bila ada canda yang mengacau
Ku mohon maafkanlah
Karena ku bukan Dia yang serba Maha
Tak ada satupun maksud menyakiti
Tak ada satupun keinginan menggurui
Tak ada satupun kesombongan yang ingin dipamerkan
Hanya sedikit bumbu di sela wicara mu dan bicaraku
Dan mungkin ku terpeleset dalam anganku sendiri
Kutahu masih bisa terjalin persahabatan ini
Kutahu masih ada rantai kalbu yang tak bisa terputus
Kutahu asamu dan harapanku masih bisa berpadu
Kutahu candamu dan tawaku masih terngiang bersama
Dan kuberharap maafku bisa diterima dalam relungmu
Marilah menghadap esok hari yang lebih baik
Bergandeng tangan menatap mentari dan rembulan
Meniti jembatan persahabatan dihamparan bergolaknya samudera
Bersama menyalakan lentera tuk menepis kegelapan yang menghadang
Berayun dan melangkah menuju satu titik terang yang bahagia
Bila ada yang keliru dalam berucap sapa
Bila ada yang tak sengaja terlontar
Ku mohon maafkanlah
Karena ku hanya insan biasa
Bila ada nada tawa yang sumbang
Bila ada sengau yang mengganggu
Bila ada canda yang mengacau
Ku mohon maafkanlah
Karena ku bukan Dia yang serba Maha
Tak ada satupun maksud menyakiti
Tak ada satupun keinginan menggurui
Tak ada satupun kesombongan yang ingin dipamerkan
Hanya sedikit bumbu di sela wicara mu dan bicaraku
Dan mungkin ku terpeleset dalam anganku sendiri
Kutahu masih bisa terjalin persahabatan ini
Kutahu masih ada rantai kalbu yang tak bisa terputus
Kutahu asamu dan harapanku masih bisa berpadu
Kutahu candamu dan tawaku masih terngiang bersama
Dan kuberharap maafku bisa diterima dalam relungmu
Marilah menghadap esok hari yang lebih baik
Bergandeng tangan menatap mentari dan rembulan
Meniti jembatan persahabatan dihamparan bergolaknya samudera
Bersama menyalakan lentera tuk menepis kegelapan yang menghadang
Berayun dan melangkah menuju satu titik terang yang bahagia
Selasa, 19 Mei 2009
Asa Merindu
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau dendangkan beberapa tembang indah
Seluruh sukma tersihir bagai kelopak bunga yang merekah
Mengoyak saraf yang sedang diam terpana
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau tuturkan serentetan kata
Gendang telinga ini tak ingin menutup gaung yang menggema
Menembus dan menerjang hingga kalbu yang terdalam
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat bingkai pigura itu menghias kelopak mata
Membengkokkan karang hati yang terpekur membatu
Hingga terus mengusik relung mimpi di malam hari
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau diam sejuta bahasa
Tanpa sapa dan selaksa berita
Menghela kegetiran hidup yang terus melaju
Akankah saat itu kembali berpaling padaku
Mendengar seuntai kata yang manis merenda
Mendengar nada indah yang selalu berpadu
Menghias hari-hari yang tak pernah berhenti meraja
Hanya sebuah asa kecil tiap malam yang kupanjatkan
Melewati ruang dan waktu di telaga kesunyian
Merebak dan membelah hingar bingar di luar sana
Tanpa peduli atma yang saat ini tenggelam dalam kehampaan samudera
Saat kau dendangkan beberapa tembang indah
Seluruh sukma tersihir bagai kelopak bunga yang merekah
Mengoyak saraf yang sedang diam terpana
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau tuturkan serentetan kata
Gendang telinga ini tak ingin menutup gaung yang menggema
Menembus dan menerjang hingga kalbu yang terdalam
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat bingkai pigura itu menghias kelopak mata
Membengkokkan karang hati yang terpekur membatu
Hingga terus mengusik relung mimpi di malam hari
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau diam sejuta bahasa
Tanpa sapa dan selaksa berita
Menghela kegetiran hidup yang terus melaju
Akankah saat itu kembali berpaling padaku
Mendengar seuntai kata yang manis merenda
Mendengar nada indah yang selalu berpadu
Menghias hari-hari yang tak pernah berhenti meraja
Hanya sebuah asa kecil tiap malam yang kupanjatkan
Melewati ruang dan waktu di telaga kesunyian
Merebak dan membelah hingar bingar di luar sana
Tanpa peduli atma yang saat ini tenggelam dalam kehampaan samudera
Sabtu, 02 Mei 2009
Malam Sepi
Dan ketika rembulan tersenyum
Ada secercah rona di wajahmu
Menyiratkan selaksa makna
Tanpa pernah kutahu arti semua itu
Dan saat bintang berkelip
Sendunya matamu pun berkedip
Menyiram sihir sejuta pesona
Tanpa pernah berucap sepatah kata
Dan hanya bayangmu yang berpendar
Diantara bintang gemintang dan rembulan malam
Menyudutkan aku di hamparan biru mega
Terpekur dan tersiksa di malam sepi
Hening malam terus berlalu
Tapi bayangmu tersimpan kaku dalam benakku
Sunyi merapat dalam kalbu
Tak lekang oleh waktu yang melaju
Ada secercah rona di wajahmu
Menyiratkan selaksa makna
Tanpa pernah kutahu arti semua itu
Dan saat bintang berkelip
Sendunya matamu pun berkedip
Menyiram sihir sejuta pesona
Tanpa pernah berucap sepatah kata
Dan hanya bayangmu yang berpendar
Diantara bintang gemintang dan rembulan malam
Menyudutkan aku di hamparan biru mega
Terpekur dan tersiksa di malam sepi
Hening malam terus berlalu
Tapi bayangmu tersimpan kaku dalam benakku
Sunyi merapat dalam kalbu
Tak lekang oleh waktu yang melaju
Kamis, 23 April 2009
Swara Sang Putri
Entah apa yang membekas di benakmu
Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan
Denting serenade yang terus kau permainkan untukku
Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku
Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga
Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah
Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga
Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang
Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana
Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana
Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?
Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu
Demi sang putri pemilik kalbumu itu
Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera
Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samudera
Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan
Denting serenade yang terus kau permainkan untukku
Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku
Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga
Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah
Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga
Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang
Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana
Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana
Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?
Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu
Demi sang putri pemilik kalbumu itu
Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera
Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samudera
Senin, 20 April 2009
Surat 'tuk Sahabat
Sahabat...
Ketika kau baca surat ini,
Rasa rindu masih melekat,
Canda tawamu masih terbayang,
Senyummu tetap tak hilang,
Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.
Sahabat...
Kutahu engkau jauh terpencil di sana,
Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,
Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,
Tapi ... kutetap berdoa
Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang
Sahabat....
Jarak bukanlah penghalang diantara kita
Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan
Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan
Marilah kita tetap jalin persahabatan kita
Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti
Sahabat....
Andai kau luangkan baca surat ini,
Ada bahagia yang merayap dalam sukma
Ada kasih yang mengguyur atma dan raga
Ada simpati dan empati diantara kita
Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbu
Ketika kau baca surat ini,
Rasa rindu masih melekat,
Canda tawamu masih terbayang,
Senyummu tetap tak hilang,
Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.
Sahabat...
Kutahu engkau jauh terpencil di sana,
Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,
Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,
Tapi ... kutetap berdoa
Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang
Sahabat....
Jarak bukanlah penghalang diantara kita
Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan
Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan
Marilah kita tetap jalin persahabatan kita
Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti
Sahabat....
Andai kau luangkan baca surat ini,
Ada bahagia yang merayap dalam sukma
Ada kasih yang mengguyur atma dan raga
Ada simpati dan empati diantara kita
Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbu
Rabu, 15 April 2009
Penantian Yang Tak Pasti
Hari lalu berawal dari jabat erat
Bertemu dalam dunia maya
Menyapa sepatah dua patah aksara
Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju
Hari ini berjumpa kembali
Bertutur dalam lintas alam nan nyata
Memandang wajah dalam diam terpana
Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak
Hari esok masih berangan dan berharap
Bolehkan daku menghampiri dan mendekati
Menitip sentuhan dan belaian kasih
Memetik dawai di atas senyum merona
Hari nanti asaku menanti
Beranjak terus menyeruput kisah bahagia
Menapaki jejak dikelembutan mega
Mengusir badai yang merengkuh balada anganku
(Argh..ternyata hanya mimpi semu)
Bertemu dalam dunia maya
Menyapa sepatah dua patah aksara
Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju
Hari ini berjumpa kembali
Bertutur dalam lintas alam nan nyata
Memandang wajah dalam diam terpana
Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak
Hari esok masih berangan dan berharap
Bolehkan daku menghampiri dan mendekati
Menitip sentuhan dan belaian kasih
Memetik dawai di atas senyum merona
Hari nanti asaku menanti
Beranjak terus menyeruput kisah bahagia
Menapaki jejak dikelembutan mega
Mengusir badai yang merengkuh balada anganku
(Argh..ternyata hanya mimpi semu)
Selasa, 14 April 2009
Lilin Kehidupan
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Layar indah tentangmu terbentang lepas
Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan
Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan
Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu
Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Jagad buana dipenuhi bahagia merona
Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma
Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak
Sementara bayu dan samudera terpaku menatap
Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani
Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar
Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma
Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah
Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.
Layar indah tentangmu terbentang lepas
Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan
Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan
Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu
Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Jagad buana dipenuhi bahagia merona
Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma
Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak
Sementara bayu dan samudera terpaku menatap
Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani
Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar
Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma
Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah
Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.
Minggu, 12 April 2009
Bila Hatiku Rindu
Saat pertama jalinan sahabat itu kita jalani
Ada rasa bahagia berlumur di benakku
Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu
Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu
Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan
Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku
Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku
Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu
Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan
Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku
Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku
Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu
Dan ketika waktu terus berlalu menjauh
Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh
Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh
Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengering
Ada rasa bahagia berlumur di benakku
Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu
Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu
Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan
Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku
Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku
Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu
Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan
Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku
Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku
Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu
Dan ketika waktu terus berlalu menjauh
Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh
Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh
Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengering
Langganan:
Postingan (Atom)