Ada relung kebahagiaan dibalik sapa itu
Memancar dan berpijar menerpa jiwa
Menggerus dan menguras belahan atma
Yang tergolek dibelantara kerasnya karang
Ada harmonisasi nada yang terpetik
Mengaum dan bergaung disela gejolak hati
Menghujam dan menerjang tulang sumsum
Tanpa mencibir dan mencerca kelemahan dalam dada
Ada rentetan kata menerpa
Memendam hasrat yang menggelayut indah
Menekan lidah yang selama ini kelu
Membuka kisah menuai suka
Lamat-lamat dawai kehidupan berdentang
Menyentak dan membakar kegalauan sukma
Mendorong terang dikegelapan lorong kalbu
Menebar secercah cahaya diantara galau kelabu
Serukanlah pada ilalang yang bergoyang
Siramilah kenestapaan yang kering kerontang
Susupkanlah rasa kasih yang terjepit pada diri
Bertabur kejora yang menghias rona dan mimpi
Selasa, 02 Juni 2009
Jumat, 22 Mei 2009
Maafkanlah
Bila ada yang salah dalam tutur kata
Bila ada yang keliru dalam berucap sapa
Bila ada yang tak sengaja terlontar
Ku mohon maafkanlah
Karena ku hanya insan biasa
Bila ada nada tawa yang sumbang
Bila ada sengau yang mengganggu
Bila ada canda yang mengacau
Ku mohon maafkanlah
Karena ku bukan Dia yang serba Maha
Tak ada satupun maksud menyakiti
Tak ada satupun keinginan menggurui
Tak ada satupun kesombongan yang ingin dipamerkan
Hanya sedikit bumbu di sela wicara mu dan bicaraku
Dan mungkin ku terpeleset dalam anganku sendiri
Kutahu masih bisa terjalin persahabatan ini
Kutahu masih ada rantai kalbu yang tak bisa terputus
Kutahu asamu dan harapanku masih bisa berpadu
Kutahu candamu dan tawaku masih terngiang bersama
Dan kuberharap maafku bisa diterima dalam relungmu
Marilah menghadap esok hari yang lebih baik
Bergandeng tangan menatap mentari dan rembulan
Meniti jembatan persahabatan dihamparan bergolaknya samudera
Bersama menyalakan lentera tuk menepis kegelapan yang menghadang
Berayun dan melangkah menuju satu titik terang yang bahagia
Bila ada yang keliru dalam berucap sapa
Bila ada yang tak sengaja terlontar
Ku mohon maafkanlah
Karena ku hanya insan biasa
Bila ada nada tawa yang sumbang
Bila ada sengau yang mengganggu
Bila ada canda yang mengacau
Ku mohon maafkanlah
Karena ku bukan Dia yang serba Maha
Tak ada satupun maksud menyakiti
Tak ada satupun keinginan menggurui
Tak ada satupun kesombongan yang ingin dipamerkan
Hanya sedikit bumbu di sela wicara mu dan bicaraku
Dan mungkin ku terpeleset dalam anganku sendiri
Kutahu masih bisa terjalin persahabatan ini
Kutahu masih ada rantai kalbu yang tak bisa terputus
Kutahu asamu dan harapanku masih bisa berpadu
Kutahu candamu dan tawaku masih terngiang bersama
Dan kuberharap maafku bisa diterima dalam relungmu
Marilah menghadap esok hari yang lebih baik
Bergandeng tangan menatap mentari dan rembulan
Meniti jembatan persahabatan dihamparan bergolaknya samudera
Bersama menyalakan lentera tuk menepis kegelapan yang menghadang
Berayun dan melangkah menuju satu titik terang yang bahagia
Selasa, 19 Mei 2009
Asa Merindu
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau dendangkan beberapa tembang indah
Seluruh sukma tersihir bagai kelopak bunga yang merekah
Mengoyak saraf yang sedang diam terpana
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau tuturkan serentetan kata
Gendang telinga ini tak ingin menutup gaung yang menggema
Menembus dan menerjang hingga kalbu yang terdalam
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat bingkai pigura itu menghias kelopak mata
Membengkokkan karang hati yang terpekur membatu
Hingga terus mengusik relung mimpi di malam hari
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau diam sejuta bahasa
Tanpa sapa dan selaksa berita
Menghela kegetiran hidup yang terus melaju
Akankah saat itu kembali berpaling padaku
Mendengar seuntai kata yang manis merenda
Mendengar nada indah yang selalu berpadu
Menghias hari-hari yang tak pernah berhenti meraja
Hanya sebuah asa kecil tiap malam yang kupanjatkan
Melewati ruang dan waktu di telaga kesunyian
Merebak dan membelah hingar bingar di luar sana
Tanpa peduli atma yang saat ini tenggelam dalam kehampaan samudera
Saat kau dendangkan beberapa tembang indah
Seluruh sukma tersihir bagai kelopak bunga yang merekah
Mengoyak saraf yang sedang diam terpana
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau tuturkan serentetan kata
Gendang telinga ini tak ingin menutup gaung yang menggema
Menembus dan menerjang hingga kalbu yang terdalam
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat bingkai pigura itu menghias kelopak mata
Membengkokkan karang hati yang terpekur membatu
Hingga terus mengusik relung mimpi di malam hari
Entah apa yang terlintas dibenakku
Saat kau diam sejuta bahasa
Tanpa sapa dan selaksa berita
Menghela kegetiran hidup yang terus melaju
Akankah saat itu kembali berpaling padaku
Mendengar seuntai kata yang manis merenda
Mendengar nada indah yang selalu berpadu
Menghias hari-hari yang tak pernah berhenti meraja
Hanya sebuah asa kecil tiap malam yang kupanjatkan
Melewati ruang dan waktu di telaga kesunyian
Merebak dan membelah hingar bingar di luar sana
Tanpa peduli atma yang saat ini tenggelam dalam kehampaan samudera
Sabtu, 02 Mei 2009
Malam Sepi
Dan ketika rembulan tersenyum
Ada secercah rona di wajahmu
Menyiratkan selaksa makna
Tanpa pernah kutahu arti semua itu
Dan saat bintang berkelip
Sendunya matamu pun berkedip
Menyiram sihir sejuta pesona
Tanpa pernah berucap sepatah kata
Dan hanya bayangmu yang berpendar
Diantara bintang gemintang dan rembulan malam
Menyudutkan aku di hamparan biru mega
Terpekur dan tersiksa di malam sepi
Hening malam terus berlalu
Tapi bayangmu tersimpan kaku dalam benakku
Sunyi merapat dalam kalbu
Tak lekang oleh waktu yang melaju
Ada secercah rona di wajahmu
Menyiratkan selaksa makna
Tanpa pernah kutahu arti semua itu
Dan saat bintang berkelip
Sendunya matamu pun berkedip
Menyiram sihir sejuta pesona
Tanpa pernah berucap sepatah kata
Dan hanya bayangmu yang berpendar
Diantara bintang gemintang dan rembulan malam
Menyudutkan aku di hamparan biru mega
Terpekur dan tersiksa di malam sepi
Hening malam terus berlalu
Tapi bayangmu tersimpan kaku dalam benakku
Sunyi merapat dalam kalbu
Tak lekang oleh waktu yang melaju
Kamis, 23 April 2009
Swara Sang Putri
Entah apa yang membekas di benakmu
Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan
Denting serenade yang terus kau permainkan untukku
Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku
Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga
Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah
Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga
Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang
Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana
Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana
Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?
Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu
Demi sang putri pemilik kalbumu itu
Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera
Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samudera
Nyanyi senja atmaku pun tak pernah kau hiraukan
Denting serenade yang terus kau permainkan untukku
Agaknya tak sedikitpun merasuk dan membasuh ragaku
Hanya lewat saja menyisihkan ruang emosi tak berongga
Pundi sukmaku tak berdetak dan nyaris tak terbelah
Usungkan niatan yang bersorak lemah dalam gendang telinga
Tak ingin ku mendengar ucap sapamu yang terus mengiang
Rengkuhkanlah nada swaramu agar lebih pantas didengar tuk seseorang disana
Ia yang sudah menanti dalam satu dimensi asmara yang membahana
Maukah kau mengerti bias pelangi yang tertanam pada jiwaku?
Urungkan peluk maya dan tatap nanar matamu
Demi sang putri pemilik kalbumu itu
Ia yang setia menunggu pada satu pilihan bahtera
Anggun menata hati dan melangkah dalam riak gelombang samudera
Senin, 20 April 2009
Surat 'tuk Sahabat
Sahabat...
Ketika kau baca surat ini,
Rasa rindu masih melekat,
Canda tawamu masih terbayang,
Senyummu tetap tak hilang,
Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.
Sahabat...
Kutahu engkau jauh terpencil di sana,
Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,
Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,
Tapi ... kutetap berdoa
Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang
Sahabat....
Jarak bukanlah penghalang diantara kita
Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan
Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan
Marilah kita tetap jalin persahabatan kita
Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti
Sahabat....
Andai kau luangkan baca surat ini,
Ada bahagia yang merayap dalam sukma
Ada kasih yang mengguyur atma dan raga
Ada simpati dan empati diantara kita
Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbu
Ketika kau baca surat ini,
Rasa rindu masih melekat,
Canda tawamu masih terbayang,
Senyummu tetap tak hilang,
Ucap dan nada kidungmu masih terngiang.
Sahabat...
Kutahu engkau jauh terpencil di sana,
Kutahu engkau lara dan enggan berpisah,
Kutahu engkau ingin berkumpul bersama,
Tapi ... kutetap berdoa
Hadapilah semua jalan di hadapanmu yang kini membentang
Sahabat....
Jarak bukanlah penghalang diantara kita
Tempat bukanlah dinding kokoh yang meresahkan
Waktu bukanlah sesuatu yang perlu dirisaukan
Marilah kita tetap jalin persahabatan kita
Hari ini, esok, lusa dan sampai hari nanti
Sahabat....
Andai kau luangkan baca surat ini,
Ada bahagia yang merayap dalam sukma
Ada kasih yang mengguyur atma dan raga
Ada simpati dan empati diantara kita
Ada engkau dan aku tertanam dalam swara kalbu
Rabu, 15 April 2009
Penantian Yang Tak Pasti
Hari lalu berawal dari jabat erat
Bertemu dalam dunia maya
Menyapa sepatah dua patah aksara
Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju
Hari ini berjumpa kembali
Bertutur dalam lintas alam nan nyata
Memandang wajah dalam diam terpana
Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak
Hari esok masih berangan dan berharap
Bolehkan daku menghampiri dan mendekati
Menitip sentuhan dan belaian kasih
Memetik dawai di atas senyum merona
Hari nanti asaku menanti
Beranjak terus menyeruput kisah bahagia
Menapaki jejak dikelembutan mega
Mengusir badai yang merengkuh balada anganku
(Argh..ternyata hanya mimpi semu)
Bertemu dalam dunia maya
Menyapa sepatah dua patah aksara
Menyusuri ruang waktu yang perlahan melaju
Hari ini berjumpa kembali
Bertutur dalam lintas alam nan nyata
Memandang wajah dalam diam terpana
Mencengkeram detik waktu tuk berhenti bergerak
Hari esok masih berangan dan berharap
Bolehkan daku menghampiri dan mendekati
Menitip sentuhan dan belaian kasih
Memetik dawai di atas senyum merona
Hari nanti asaku menanti
Beranjak terus menyeruput kisah bahagia
Menapaki jejak dikelembutan mega
Mengusir badai yang merengkuh balada anganku
(Argh..ternyata hanya mimpi semu)
Selasa, 14 April 2009
Lilin Kehidupan
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Layar indah tentangmu terbentang lepas
Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan
Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan
Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu
Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Jagad buana dipenuhi bahagia merona
Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma
Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak
Sementara bayu dan samudera terpaku menatap
Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani
Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar
Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma
Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah
Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.
Layar indah tentangmu terbentang lepas
Yang menyibak sejuta kisah tak berkesudahan
Antara kasih, asmara dan kegembiraan bersama yang membahana
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Hanya ada cerita cinta kepada sesama insan
Dan taburan senyum manis di rentang waktu yang terus berlalu
Sementara mereka terus mengharap uluran mungil tanganmu
Bila kau nyalakan lilin kehidupan
Jagad buana dipenuhi bahagia merona
Tanpa ada jelaga yang menyakitkan sukma
Tanpa ada sapa yang meruntuhkan semangat nan membara
Saat kau nyalakan lilin kehidupan
Langit dan awan berdiam diri dan terhenyak
Sementara bayu dan samudera terpaku menatap
Menanti tutur dan titah yang memukau jiwa dan nurani
Namun manakala nyala api lilin kehidupanmu pudar
Semua yang pernah melekat dan merekat dalam atma
Tak pernah sirna tersiram oleh pijar yang melemah
Dan pinta kami hanya terungkap lewat doa yang mengiringi redupnya pancaran sinarmu.
Minggu, 12 April 2009
Bila Hatiku Rindu
Saat pertama jalinan sahabat itu kita jalani
Ada rasa bahagia berlumur di benakku
Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu
Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu
Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan
Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku
Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku
Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu
Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan
Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku
Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku
Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu
Dan ketika waktu terus berlalu menjauh
Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh
Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh
Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengering
Ada rasa bahagia berlumur di benakku
Ada rasa senang berlindung di balik payung keceriaanmu
Ada rasa damai meneduhkan di sela riak candamu
Saat pertama jabatan erat sahabat itu kita pentaskan
Ada rasa bahagia melanda biduk relung hatiku
Ada rasa senang menyusuri sekujur ragaku
Ada rasa damai terlantun di balik nada sapamu
Saat pertama jari tangan sahabat itu kita jelmakan
Ada rasa bahagia membahana di dalam kalbuku
Ada rasa senang bertebaran di sentuhan atmaku
Ada rasa damai mengiringi di hamparan tawamu
Dan ketika waktu terus berlalu menjauh
Rasa rindu itu selalu menyatu tuk mengayuh
Bulir-bulir bahagia di sepanjang sisi yang menyentuh
Berbaur bersama dering nada yang tak kan pernah mengering
Aries dan Sahabat (1)
Aries hanyalah insan biasa. Rambutnya lurus. Tidak bergelombang. Walaupun ayahnya berasal dari salah satu etnis yang diketahui memiliki rambut bergelombang atau ikal. Rambut itu hitam pekat namun sedikit tak terurus. Kulitnya yang coklat masih menunjukkan kelenturan yang padu. Kumis tipis pun menghias wajahnya yang dulu lonjong. Benar-benar kontras bila melihatnya ketika masih berusia 11 tahun. Putih, bersih dan mata cerah. Tapi apapun yang sudah berlalu takkan mungkin diulur kembali laksana selongsong waktu yang bisa diatur maju dan mundur.
Saat ini menit dan jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Benar-benar masih pagi. Sinar matahari masih menyapu seantero kota dengan vitamin D-nya. Ditengah kegiatan usaha yang dirintisnya sejak beberapa tahun yang lalu itu, matanya mengawasi sekumpulan artikel yang muncul di depan komputer tuanya. Ada foto seorang pengemis yang menjajakan sandiwara yang menghiba, kemudian bencana di salah satu lokasi dunia yang memporak porandakan kelangsungan hidup salah satu keluarga, kemudian kecelakaan salah satu pesawat di negara maju, dan masih banyak lagi kumpulan foto yang terlihat silih berganti di depan matanya. Alangkah menyedihkan apa yang terjadi disana... Ada sejuta cobaan yang dihadapi oleh saudara-saudariku di sana. Sementara Aries masih bisa menjalani hidup dengan aman dan nyaman. Karena itulah seharusnya ia patut bersyukur dan berterima kasih dengan segala yang diberikan-Nya. Rezeki, kesehatan, udara bersih, air yang mengalir, dan masih banyak lagi yang tak mungkin disebutkan satu demi satu.
Tak ingin larut dalam kesedihan, mata Aries kemudian berputar dan jari-jari tangannya siap melantai di atas keyboard komputer bak seorang pianis unggul. Di tulisnya nama suatu kota di Indonesia. Masih satu pulau dengan tempat tinggalnya sekarang. Di forum itu ia melihat-lihat kondisi kota tersebut. Wow... kota itu sudah mulai bersolek rupanya. Ada suatu jembatan yang warnanya sangat menyala. Kuning. Bentuknya menyerupai salah satu jembatan masyhur di Sydney, Australia. Ya.. Harbour Bridge nama jembatan itu. Tapi karena ada di Indonesia, entah apa nama jembatan yang terdapat di kota tersebut. Dalam keterangan di foto tersebut, tertulis bahwa jembatan itu dibuat untuk menghubungkan salah satu tempat rekreasi pantai dengan "downtown" kota tersebut. Agar masyarakat dapat lebih singkat sampai ke tempat rekreasi itu. Namun, sekali lagi kata info tersebut, lampu jembatan telah banyak diambil orang-orang jahil. Mengapa mereka tega merampas hak-hak yang bukan miliknya?
Tertarik dengan foto tersebut, Aries kemudian mencoba menyapa salah satu anggota forum tersebut. Sedikit berbasa basi, menanyakan sesuatu mengenai jembatan tersebut. Dan atas saran anggota forum tersebut, ia menyebutkan salah satu situs yang sebaiknya dikunjungi dan alamat tersebut juga dicantumkan dalam forum itu. Jadi ternyata itu bukan hasil karya fotonya. Hmmm...baiklah ... Kemudian ia memberanikan diri mengetik alamat situs tersebut. Triple w dan disambung dengan raja roma gratis. Nama situs yang cukup menggelitik orang. Mungkin ia adalah salah seorang yang senang dengan kondisi kota Roma, atau dia juga suka dengan kata "TERLALU" yang sering diucapkan oleh salah seorang penyanyi terkenal di nusantara ini. Dan orangnya loyal karena sering memberi sesuatu dengan gratis. Betulkah itu? Hanya pemilik situs saja yang dapat menjawab pertanyaan itu. Tiada orang lain yang mungkin bisa menjabarkannya.
Aries mampir ke alamat situs yang dimaksud. Melihat-lihat isi tulisan, artikel dan foto yang terpampang disitu. Wah...fotonya cukup banyak. Dan orangnya kelihatan ramah dan sopan. Apakah mungkin ia berkenalan dengan orang seperti itu? Dengan sangat hati-hati ia melihat ada kotak yang memungkinkan orang lain untuk berbicara langsung dengan sang pemilik situs.
"Selamat pagi."
Satu dua detik tak ada tanggapan.
Aries mulai melupakan hal itu, dan ia meluncur ke forum lain untuk berbasa-basi dengan anggota forum. Namun sejenak ia kembali lagi ke situs tadi. Hei..rupanya ada kedip oranye di komputernya.
"Selamat pagi juga. Dari siapa ya?"
Wah ada tanggapan dari sang empunya situs.
"Saya Aries. Dari kota di Selatan pulau ini"
"Salam kenal ya."sapa Aries kembali.
"Sama-sama. Maaf dari siapa tadi?", kembali pemilik situs tadi bertanya.
"Aries, mas. Saya hanya ingin tahu apa mas pernah mengirim foto ke salah satu forum."
"Foto yang mana ya?"
"Itu, Mas. Foto jembatan di kota Mas... Yang warna kuning dan mirip salah satu warna parpol tertentu."
"Oooo....itu. Saya tidak pernah mengirim foto tersebut ke forum yang Anda maksud."
Sejenak Aries terdiam. Tapi ia mulai mengetik "Lagi sibuk kelihatannya ya?", tanya Aries.
"Ya...biasa ajalah... BTW, Punya YM (Yahoo Messenger) atau blog juga?", tanya pemilik situs.
"Belum ada Mas. Tolong diajarkan deh bagaimana cara buat blog atau YM..,"pinta Aries.
"Hmm...saya juga masih belajar.."
Demikianlah awal perbincangan yang semula hanya ingin bertanya mengenai masalah foto jembatan kuning yang menghiasi salah satu kota. Tak ada maksud apa-apa. Tapi ternyata karena satu foto bisa membawa Aries mengenal sahabat baru. Benar-benar baru. Karena sebelumnya ia tidak pernah bertemu langsung dengan orang tersebut. Dan ternyata tanggapan sang pemilik situs sangat baik. Ramah dan canda selalu diselipkan saat berkunjung ke blognya.
Aries bahkan sering berkomunikasi layaknya orang yang sudah kenal lama. Mereka tidak sungkan untuk berbagi cerita, pengalaman ataupun sharing apa saja yang mereka ketahui.
Alangkah indahnya persahabatan seperti itu.
Upss... ternyata susah juga membuat sebuah cerita... Sudah dulu yaa...
Senin, 06 April 2009
Senyum Awan Merindu
Bila rindumu terpancar dibalik awan
Dan sejuta tetes air berpadu dengan hamparan mentari
Ada secercah busur pelangi yang menghias putihnya langit
Menari dan berganti jelaga sesukanya
Bila rindumu bernyanyi di atas permadani awan
Dan berbaur bersama rinai kecil hujan di pelataran mentari
Ada segenggam warna yang memainkan dawai pelangi
Meniti nada demi nada dalam satu harmonisasi
Bila rindumu terukir di bingkai awan
Dan melebur bersama desah sejuta gerimis dan sinaran mentari
Ada merah merona, kuning bening dan hijau kemilau terlukis disana
Menyatu bersama biru lembayung, sentuhan ungu serta jelaga jingga
Bila rindumu terbawa senyum awan
Dan bermain diantara tirai gemerisik air dan tawa mentari
Ada secercah pelangi bahagia yang bersenandung
Mengalir seirama ayunan bayu nan lembut di selasar permadani buana
Dan sejuta tetes air berpadu dengan hamparan mentari
Ada secercah busur pelangi yang menghias putihnya langit
Menari dan berganti jelaga sesukanya
Bila rindumu bernyanyi di atas permadani awan
Dan berbaur bersama rinai kecil hujan di pelataran mentari
Ada segenggam warna yang memainkan dawai pelangi
Meniti nada demi nada dalam satu harmonisasi
Bila rindumu terukir di bingkai awan
Dan melebur bersama desah sejuta gerimis dan sinaran mentari
Ada merah merona, kuning bening dan hijau kemilau terlukis disana
Menyatu bersama biru lembayung, sentuhan ungu serta jelaga jingga
Bila rindumu terbawa senyum awan
Dan bermain diantara tirai gemerisik air dan tawa mentari
Ada secercah pelangi bahagia yang bersenandung
Mengalir seirama ayunan bayu nan lembut di selasar permadani buana
Minggu, 05 April 2009
Serunai Bidadari Malam
Nyanyi lembut sang bidadari malam
Olengkan satire yang menduakan rasa
Pelan namun terukur rapi
Elakkan sangkakala yang bertiup sumbang
Nada resah sang bidadari malam
Ombangkan nestapa di jagad asa
Pantunkan kata berselimut irama nan renta
Ejakan swara yang berdecak lemah
Nestapa biduk sang bidadari malam
Obralkan resah yang tiada bermakna
Pastikan relung keheningan di sela kibas sayapnya
Enyahkan kegelapan yang mencoba beradu disana
Nampakkah kisah itu hanya ilusi belaka?
Ombak samuderapun hanya menyeringai kecil
Pertanda sang bidadari malam hanya insan biasa
Enggan mengumbar kalbu di pentas buana yang berbias
Nyanyi lembut sang bidadari hadir kembali
Obsesikan keriaan yang menggayut rancak
Pendarkan seribu aroma yang harum merebak
Eureka! Aku kan menghibur mereka dalam telaga yang bersahabat
Olengkan satire yang menduakan rasa
Pelan namun terukur rapi
Elakkan sangkakala yang bertiup sumbang
Nada resah sang bidadari malam
Ombangkan nestapa di jagad asa
Pantunkan kata berselimut irama nan renta
Ejakan swara yang berdecak lemah
Nestapa biduk sang bidadari malam
Obralkan resah yang tiada bermakna
Pastikan relung keheningan di sela kibas sayapnya
Enyahkan kegelapan yang mencoba beradu disana
Nampakkah kisah itu hanya ilusi belaka?
Ombak samuderapun hanya menyeringai kecil
Pertanda sang bidadari malam hanya insan biasa
Enggan mengumbar kalbu di pentas buana yang berbias
Nyanyi lembut sang bidadari hadir kembali
Obsesikan keriaan yang menggayut rancak
Pendarkan seribu aroma yang harum merebak
Eureka! Aku kan menghibur mereka dalam telaga yang bersahabat
Dering Nada
Dering nada bergetar perlahan
Jemputkan waktu dan swara ceria
Kadang canda bercampur bahagia
Indah dipadu dalam balutan atma
Pejamkan mata dan dengarkan tawa manja
Lepas bebas tanpa terpaku kaku
Inikah sosok sahabat yang kucari?
Dering nada masih bertutur sapa
Jelang menit dan detik yang berlalu
Keindahan dan keramahan menyapa dunia
Impikan cerita yang menancap sukma
Pandanglah pigura disisi ragamu
Lantunkanlah serenada merdu mendayu
Ingatlah hanya ada awan yang jadi tirai pemisah
Dering nada lamat beredar
Jaringan radar mulai rendah berpendar
Ketukan tawa mulai membisu
Intipkan salam lewat seribu puisi
Pesan samar hanya menyamar tipis
Lalu lalang dijagad maya yang sepi
Ibarat permata yang tercecer di sela jerami kering
Jemputkan waktu dan swara ceria
Kadang canda bercampur bahagia
Indah dipadu dalam balutan atma
Pejamkan mata dan dengarkan tawa manja
Lepas bebas tanpa terpaku kaku
Inikah sosok sahabat yang kucari?
Dering nada masih bertutur sapa
Jelang menit dan detik yang berlalu
Keindahan dan keramahan menyapa dunia
Impikan cerita yang menancap sukma
Pandanglah pigura disisi ragamu
Lantunkanlah serenada merdu mendayu
Ingatlah hanya ada awan yang jadi tirai pemisah
Dering nada lamat beredar
Jaringan radar mulai rendah berpendar
Ketukan tawa mulai membisu
Intipkan salam lewat seribu puisi
Pesan samar hanya menyamar tipis
Lalu lalang dijagad maya yang sepi
Ibarat permata yang tercecer di sela jerami kering
Kamis, 02 April 2009
Celoteh Jalan Beraspal
Aku terdiam. Ya...benar-benar terdiam. Bisu. Kaku. Tak bergerak. Karena aku hanyalah jalan beraspal yang hitam legam dan diam terpaku.
Riuh rendah kendaraan tak kuhiraukan. Klakson mobil dan motor tak akan digubris. Berisik dan memekakkan telinga siapa saja. Berasap dan mengeluarkan polusi hitam yang masuk ke pori-pori badanku.
Injakan tapak beribu kaki manusia kuacuhkan. Walau tak berbekas, tapi seretan kaki mereka ke atas badanku bagaikan gesekan biola yang mendayu-dayu. Tawa lepas mereka, seakan menertawakan diriku yang hitam dan tertindih oleh mereka. Celoteh mereka semakin hingar bingar. Pusingg. Sakit rasanya kepala ini. Perih telinga mendengarnya.
Ban mobil, motor, truk, bus dan sepeda yang berderit dan melindas kubiarkan melaju diatas badanku yang hitam. Pegal dan capai tentunya. Tapi itulah tugas yang harus kuemban setiap hari. Menanggung beban yang berat dari sejuta mahluk asing yang melintas di atas diriku. Sungguh tidak ringan. Namun adakah yang sedikit peduli dan mengerti?
Kadang badanku sudah melunak. Tidak rata lagi. Tidak sekekar dahulu lagi. Sinaran mentari membakar kulit terluarku. Mengelupas selapis demi selapis. Berbentuk gelombang tipis di sekujur tubuhku. Ibarat ombak laut yang bergelombang naik turun tak berhenti. Tak ada selimut tempat berlindung dari sengatan terik mentari. Sinarnya yang menyala menggoreng ari-ari kulitku. Panas. Menyengat. Adakah yang mau meletakkan payung atau pelindung disekujur badanku?
Dan bila musim penghujan tiba, ada beberapa borok yang menghias badan yang hanya 15-20 cm tebalnya. Tak ada rasa kasihan dari para pelaku jalan. Mereka hanya melihat. Memandang. Kadang meletakkan pasir dan batu seadanya. Tapi esok dan lusa, borok itu makin membesar. Kubangan yang terbentuk itu bahkan sanggup menjatuhkan pengendara motor. Air yang terbentuk disepanjang borok badanku pun menggangu pejalan kaki dan pengendara lain. Saling umpat. Saling caci. Dan mereka menunjuk-nunjuk ke arah diriku. Aku bagai terpidana yang hanya bisa disalahkan. Dijadikan korban. Kambing hitam yang tak bisa membela diri. Maukah mereka mengerti sedikit? Apakah yang salah pada diri ini?
Aku hanya berharap mereka yang melintas dan melindas tahu tata krama. Seandainya aku bisa bicara kan kukatakan kepada semua, bak orator ulung disaat pesta demokrasi, bahwa :
Andai kalian lewat, lihatlah batas beban yang engkau bawa
Andai kalian menapak, jejakkan tungkai kaki lain dengan layak
Andai kalian merawatku, berikanlah sesuap aspal yang terbaik dan teristimewa bagi ku
Andai kalian merombakku, tambahkanlah material semen dan beton terindah dan terkuat sepanjang masa
Andaikan kalian berteriak, nyatakanlah dengan santun tanpa harus memekakkan telinga bayi mungil
Andaikan kendaraan kalian berbatuk hitam, rawatlah segera ke klinik mekanik terdekat
Andaikan ada yang mau mendengarkan diriku ini, akan kubuat mereka senang sepanjang masa
Andaikan ada yang mau membaca keluh kesahku ini, akan kubuat mereka bergembira melaju diatas diriku
Andaikan ada secercah asa yang mereka pancarkan buat diriku, akan kuberikan mereka hal yang terindah dan terbaik dalam masa hidupnya
Andaikan......
(Arrrggh ternyata aku hanya bermimpi di malam bertabur bintang ini...
Aku hanyalah seonggok badan jalan yang terdiam membisu menatap para pelaku jalan...
Apakah engkau mau mengerti???)
Sang Sahabat
Debur ombak melantai di pesisir pantai
Jejalkan selaksa memori akan sang sahabat
Kian hari tergambar senyum sumringah melekat di bibir nan tipis
Indahnya kota kecil diseputaran gunung dan samudera
Fasihkan lidah berucap dalam hati
Lantunkan kembali kisah ria dan canda itu
Yang akan menghibur daku, engkau dan mereka
Desir angin melayang perlahan
Jaringkan kebahagian pada kalbu yang terdalam
Keringkan kesusahan yang mencoba merambah
Impian itu akankah tergapai?
Fatamorgana kehidupan semu kan disisihkan
Lewati tumpukan pasir dan kerang
Yang tak henti menggayut untuk dikenang
Derai tawa sekelompok bebek yang melenggok
Jelajahi impian disuatu waktu kelak
Kembalikan masa indah yang terus berputar
Inginkan tempat berteduh bagi orang banyak
Flamboyan dan elegan menyapa tiap insani
Luruhkan hati siapa saja
Yang ingin bersama melewati bulan, tahun dan minggu
Jejalkan selaksa memori akan sang sahabat
Kian hari tergambar senyum sumringah melekat di bibir nan tipis
Indahnya kota kecil diseputaran gunung dan samudera
Fasihkan lidah berucap dalam hati
Lantunkan kembali kisah ria dan canda itu
Yang akan menghibur daku, engkau dan mereka
Desir angin melayang perlahan
Jaringkan kebahagian pada kalbu yang terdalam
Keringkan kesusahan yang mencoba merambah
Impian itu akankah tergapai?
Fatamorgana kehidupan semu kan disisihkan
Lewati tumpukan pasir dan kerang
Yang tak henti menggayut untuk dikenang
Derai tawa sekelompok bebek yang melenggok
Jelajahi impian disuatu waktu kelak
Kembalikan masa indah yang terus berputar
Inginkan tempat berteduh bagi orang banyak
Flamboyan dan elegan menyapa tiap insani
Luruhkan hati siapa saja
Yang ingin bersama melewati bulan, tahun dan minggu
Rabu, 01 April 2009
Saat Bahtera Itu Berlayar
Nuansa keheningan terdengar saat kaki beranjak
Ombangkan hati pada satu bahtera yang merapat
Variasikan dua insan yang berbeda belahan jiwa
Awali tapak hari disamudera yang kelak bergolak
Nafiri bertiup memanggil bersatu
Oleskan kebersamaan yang merekat diantara segala perbedaan
Relung hati saling mengisi disela ragam kekurangan
Menautkan asmara dalam satu nahkoda
Alihkan kerikil dan sejuta pertaksamaan
Yang selalu mencoba merintangi alur kemudi
Arahkan raga pada suatu nirwana bahagia
Nyanyikan episode cinta manis di setiap hari yang kan terlewati
Terangi kegelapan yang mencoba mengoyak tirai perjalanan hidup nanti
Impikanlah layar terkembang terpasang gagah sepanjang bahtera itu melaju
Hari terus berlari dan merangkak maju
Antara detak hati dan debur ombak yang bersuara
Desah batin masih mencoba tuk kokoh mengubur kelam yang tak berguna
Yang lepaskan sauh kepenatan dikedalaman birunya banyu
Lamat-lamat hanya ada rasa satu padu yang tak akan goyah
Untaian aral hanyalah sebutir kesalahpahaman yang tak berguna
Menderu di sepanjang desah raga yang selalu digoda
Adalah seremoni yang biasa dan akan terus dicobai oleh mereka yang tak suka, tapi...
Rengkuhkanlah semua cinta yang telah kalian berikan pada bahtera bahagia itu
(Selamat berbahagia kawan....)
Ombangkan hati pada satu bahtera yang merapat
Variasikan dua insan yang berbeda belahan jiwa
Awali tapak hari disamudera yang kelak bergolak
Nafiri bertiup memanggil bersatu
Oleskan kebersamaan yang merekat diantara segala perbedaan
Relung hati saling mengisi disela ragam kekurangan
Menautkan asmara dalam satu nahkoda
Alihkan kerikil dan sejuta pertaksamaan
Yang selalu mencoba merintangi alur kemudi
Arahkan raga pada suatu nirwana bahagia
Nyanyikan episode cinta manis di setiap hari yang kan terlewati
Terangi kegelapan yang mencoba mengoyak tirai perjalanan hidup nanti
Impikanlah layar terkembang terpasang gagah sepanjang bahtera itu melaju
Hari terus berlari dan merangkak maju
Antara detak hati dan debur ombak yang bersuara
Desah batin masih mencoba tuk kokoh mengubur kelam yang tak berguna
Yang lepaskan sauh kepenatan dikedalaman birunya banyu
Lamat-lamat hanya ada rasa satu padu yang tak akan goyah
Untaian aral hanyalah sebutir kesalahpahaman yang tak berguna
Menderu di sepanjang desah raga yang selalu digoda
Adalah seremoni yang biasa dan akan terus dicobai oleh mereka yang tak suka, tapi...
Rengkuhkanlah semua cinta yang telah kalian berikan pada bahtera bahagia itu
(Selamat berbahagia kawan....)
Senin, 30 Maret 2009
Ketika Sakura Bermekaran
Nyanyian angin semilir melantunkan tembang musim semi
Indah berpadu dengan tarian bunga sakura
Anggukkan kepala putik dan hentakkan tangkai kaki
Wahai sakura yang mekar di pagi hari
Ajaklah mata semua insan memahami warna kemilau daunmu
Sendengkan telinga mereka mendengarkan goyang kecilmu
Harumkan hati para sejoli yang menyukai pink di seantero ragamu
Ingatkan bahwa hari ini " Aku, sakura... sedang ingin dimanja dan dicintai"
Nampak para serangga mungil mencoba mendekati dirimu
Ingin rasanya mengusir mereka yang hanya mengganggu rasamu yang ria gembira
Andaikan aku bisa menyapa untuk menghela mereka menjauh darimu ...
Sementara senja, malam dan pagi saling silih berganti
Auramu tak lekang mengundang pesona
Yang ingin mengelus dan memetikmu hanya memandang terpana
Amboi... sakura yang didamba memang menghenyakkan dada
Kadang menggoda namun tak boleh diraba
Arghhh andai saja sakura itu tumbuh dan mekar selama 365 hari
Indah berpadu dengan tarian bunga sakura
Anggukkan kepala putik dan hentakkan tangkai kaki
Wahai sakura yang mekar di pagi hari
Ajaklah mata semua insan memahami warna kemilau daunmu
Sendengkan telinga mereka mendengarkan goyang kecilmu
Harumkan hati para sejoli yang menyukai pink di seantero ragamu
Ingatkan bahwa hari ini " Aku, sakura... sedang ingin dimanja dan dicintai"
Nampak para serangga mungil mencoba mendekati dirimu
Ingin rasanya mengusir mereka yang hanya mengganggu rasamu yang ria gembira
Andaikan aku bisa menyapa untuk menghela mereka menjauh darimu ...
Sementara senja, malam dan pagi saling silih berganti
Auramu tak lekang mengundang pesona
Yang ingin mengelus dan memetikmu hanya memandang terpana
Amboi... sakura yang didamba memang menghenyakkan dada
Kadang menggoda namun tak boleh diraba
Arghhh andai saja sakura itu tumbuh dan mekar selama 365 hari
Why hate monday??
Senin datang lagi
Banyak yang benci
Banyak yang dengki
Banyak yang "hate" ama doski
Tapi apa yang salah dengan Senin
Ia datang seperti bayi tak berdosa
Hanya ingin melambai bak seorang "king"
Dan menyapa "mat pagi" kepada siapa saja
Haruskah kita membencinya?
Haruskah kita menolaknya?
Apakah hari berikutnya juga indah?
Atau justru lebih parah?
I don't hate monday
I only hate everybody that hate the day
I always make a wish that someday
Every monday is a blessing day
Senin ku marilah kemari
Kusambut dirimu dalam putaran hari
Kugapai senyummu dalam kisaran waktu yang berlari
Berbuatlah sesuatu agar mereka selalu menyayangimu seperti mereka merindukan mentari
Banyak yang benci
Banyak yang dengki
Banyak yang "hate" ama doski
Tapi apa yang salah dengan Senin
Ia datang seperti bayi tak berdosa
Hanya ingin melambai bak seorang "king"
Dan menyapa "mat pagi" kepada siapa saja
Haruskah kita membencinya?
Haruskah kita menolaknya?
Apakah hari berikutnya juga indah?
Atau justru lebih parah?
I don't hate monday
I only hate everybody that hate the day
I always make a wish that someday
Every monday is a blessing day
Senin ku marilah kemari
Kusambut dirimu dalam putaran hari
Kugapai senyummu dalam kisaran waktu yang berlari
Berbuatlah sesuatu agar mereka selalu menyayangimu seperti mereka merindukan mentari
Minggu, 29 Maret 2009
Karnaval Demokrasi
Seperti pelangi yang berarak
Demikian pulalah karnaval ini bergerak
Kadang merah darah, hijau kemilau bahkan kuning yang menghenyak
Dan ada saatnya putih menghampar dan biru mengoyak
Ratusan knalpot berderu dengan orkestra seadanya
Diantara jeritan dan kepiluan ekonomi
Diantara pekikan dan rintihan yang melanda
Diantara reruntuhan budaya yang mencoba saling berbagi
Ada rasa sedih dan gembira
Bercampur rasa takut dan ria
Melawan realita yang lewat begitu saja
Meluncur membelah samudera pesta yang membahana
Dikala mereka berlomba menjadi nomor satu
Merayu dan menjajakan sejuta janji
Berharap khayalak menengok dan memberi restu
Pada sejumlah insan yang tiada pernah menentukan arah pasti
Ku hanya berharap ada bahagia disertai doa
agar karnaval juga bersuara bagi mereka-mereka,
yang hidupnya hanya cukup untuk satu hari saja,
yang kisah kasihnya terengut oleh amarah bencana,
yang berjuang diantara sesama yang terkapar dan terhina,
yang melawan segala godaan duniawi yang fana,
yang berperang melawan diri sendiri dan segala kemunafikannya.
(dan dalam hati ku hanya bertanya "pedulikah mereka akan rekan sesamanya"??
hanya deru debulah yang bisa menjawab ....)
Demikian pulalah karnaval ini bergerak
Kadang merah darah, hijau kemilau bahkan kuning yang menghenyak
Dan ada saatnya putih menghampar dan biru mengoyak
Ratusan knalpot berderu dengan orkestra seadanya
Diantara jeritan dan kepiluan ekonomi
Diantara pekikan dan rintihan yang melanda
Diantara reruntuhan budaya yang mencoba saling berbagi
Ada rasa sedih dan gembira
Bercampur rasa takut dan ria
Melawan realita yang lewat begitu saja
Meluncur membelah samudera pesta yang membahana
Dikala mereka berlomba menjadi nomor satu
Merayu dan menjajakan sejuta janji
Berharap khayalak menengok dan memberi restu
Pada sejumlah insan yang tiada pernah menentukan arah pasti
Ku hanya berharap ada bahagia disertai doa
agar karnaval juga bersuara bagi mereka-mereka,
yang hidupnya hanya cukup untuk satu hari saja,
yang kisah kasihnya terengut oleh amarah bencana,
yang berjuang diantara sesama yang terkapar dan terhina,
yang melawan segala godaan duniawi yang fana,
yang berperang melawan diri sendiri dan segala kemunafikannya.
(dan dalam hati ku hanya bertanya "pedulikah mereka akan rekan sesamanya"??
hanya deru debulah yang bisa menjawab ....)
Sabtu, 28 Maret 2009
Malam Minggu (1)
Ada kerlip bintang di langit membiru
Ketika malam minggu kembali memanggil
Dan aku hanya sendiri di atas tilam ini
Menatap relung hati yang sepi
Sementara bulan tersenyum manis padaku
Mata hanya diam menatap
Walaupun purnama dan kejora melambai
Bibirku hanya tertutup bisu
Diluaran sana berjuta sejoli memadu kasih
Di sela emperan toko dan selasar pantai
Ditemani deru angin semilir yang mengalir
Diantara redup lampu yang memijar
Dan ketika mereka melewati jendela kamarku
Ada rasa miris yang mengiris sembilu
Tak peduli akan saraf jantungku yang terhimpit sendu
Seperti detak irama yang menyanyikan lagu pilu
Entah sudah berapa minggu ku sendiri
Tanpa teman berbagi suka
Hanya dinding putih yang selalu diam
Berbagi rasa diantara selimut-selimut putih
Dan detik waktu terus bergerak merayap
Malam minggu beranjak pergi dari peraduannya
Aku terhenyak lagi
Ah sang waktu... begitu cepatnya malam minggu berlalu
(Dan aku hanya menunggu lagi malam minggu selanjutnya)...
Ketika malam minggu kembali memanggil
Dan aku hanya sendiri di atas tilam ini
Menatap relung hati yang sepi
Sementara bulan tersenyum manis padaku
Mata hanya diam menatap
Walaupun purnama dan kejora melambai
Bibirku hanya tertutup bisu
Diluaran sana berjuta sejoli memadu kasih
Di sela emperan toko dan selasar pantai
Ditemani deru angin semilir yang mengalir
Diantara redup lampu yang memijar
Dan ketika mereka melewati jendela kamarku
Ada rasa miris yang mengiris sembilu
Tak peduli akan saraf jantungku yang terhimpit sendu
Seperti detak irama yang menyanyikan lagu pilu
Entah sudah berapa minggu ku sendiri
Tanpa teman berbagi suka
Hanya dinding putih yang selalu diam
Berbagi rasa diantara selimut-selimut putih
Dan detik waktu terus bergerak merayap
Malam minggu beranjak pergi dari peraduannya
Aku terhenyak lagi
Ah sang waktu... begitu cepatnya malam minggu berlalu
(Dan aku hanya menunggu lagi malam minggu selanjutnya)...
Jumat, 27 Maret 2009
Kumbang dan Kembang
Senyum kembang menguak tirai
Dikala kumbang berarak mencari
Dan menari dipanggung lembut nan asri
Saat menuai madu kembang
Ada rasa senang sang kumbang
Tak satupun yang bisa menghalang
Kadang kembang berdandan
Menarik kumbang yang sepadan
Seakan berkata, "kembalilah dan jangan lupa esok pagi kau harus datang"
Ketika kembang tidak lagi mekar
Sang kumbang hanya menatap nanar
Tapi tetap melayang berputar
(walaupun tidak berhenti)
Kini kembang terjatuh layu
Putik dan sari sudah kuyu
Kumbang pun beralih ke kembang lain yang ayu
Kumbang dan kembang
Memang padanan seimbang
Tiada pernah mereka terpisah
Kecuali waktu dan kehidupan yang memecah
Dikala kumbang berarak mencari
Dan menari dipanggung lembut nan asri
Saat menuai madu kembang
Ada rasa senang sang kumbang
Tak satupun yang bisa menghalang
Kadang kembang berdandan
Menarik kumbang yang sepadan
Seakan berkata, "kembalilah dan jangan lupa esok pagi kau harus datang"
Ketika kembang tidak lagi mekar
Sang kumbang hanya menatap nanar
Tapi tetap melayang berputar
(walaupun tidak berhenti)
Kini kembang terjatuh layu
Putik dan sari sudah kuyu
Kumbang pun beralih ke kembang lain yang ayu
Kumbang dan kembang
Memang padanan seimbang
Tiada pernah mereka terpisah
Kecuali waktu dan kehidupan yang memecah
Langganan:
Postingan (Atom)